Jakarta, SERU.co.id – Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengimbau adanya fenomena La Nina di Samudera Pasifik. Badai ini berdampak pada anomali cuaca yang akan menimbulkan bencana hidrometeorologi di Indonesia. Namun, mengingat kondisi topografi Indonesia, dampak La Nina tidak akan sama di setiap daerah.
Kondisi ini akan membuat frekuensi curah hujan di Indonesia meningkat. Bahkan, Indonesia diperkirakan akan memiliki curah hujan yang lebih tinggi dibanding tahun lalu, hingga April 2021. La Nina berpotensi terus berkembang hingga mencapai intensitas La Nina Moderate di akhir tahun.
“Berdasarkan kajian ilmiah dari histori kejadian-kejadian sebelumnya, dampak La Nina berupa peningkatan curah hujan terjadi terutama di bagian tengah dan timur wilayah Indonesia,” jelas Kepala BMKG, Indra Gustari.
Dalam keterangan terbaru, Sabtu (3/10/2020), BMKG menyatakan, La Nina sedang berkembang dan menyebabkan peningkatan curah hujan bulanan hingga 40 persen.
“Hingga akhir September 2020, pemantauan terhadap anomali iklim global di Samudera Pasifik Ekuator menunjukkan bahwa anomali iklim La-Nina sedang berkembang,” dikutip dari akun resmi BMKG.
Untuk wilayah Jawa Timur, Kasi Data dan Informasi BMKG Klas I Juanda Surabaya, Teguh Tri Susanto menjelaskan, dampak La Nina berbeda-beda di tiap wilayah. Di bulan Oktober ini, sebagian kecil wilayah di Jawa Timur mulai turun hujan. Masyarakat perlu mengantisipasi curah hujan yang tinggi hingga mengakibatkan banjir dan longsor.
“Peningkatan curah hujan seiring dengan awal musim hujan disertai peningkatan akumulasi curah hujan akibat La Nina berpotensi menjadi pemicu terjadinya bencana hidro-meteorologis, seperti banjir dan tanah longsor,” kata Teguh.
Teguh mengingatkan pemerintah untuk melakukan koordinasi sistem peringatan dini bencana alam. Diantaranya adalah dengan mengupdate informasi KATAM (Kalender Tanaman) dan identifikasi lahan berpotensi banjir. Selain itu, dengan mengecek infrastruktur desain banjir, gerakan memanen hujan dan rencana optimalisasi waduk.
“Penting juga adanya penguatan informasi prediksi DBD, identifikasi daerah dan moda transportasi yang terdampak banjir, pemetaan kawasan berisiko banjir hingga mengecek infrastruktur sumber daya listrik,” imbuhnya. (hma/rhd)