Malang, SERU.co.id – Ketika sudah menjadi atlet, bukan berarti mudah untuk kuliah. Pasalnya, jadwal kuliah seringkali bentrok dengan agenda latihan. Sehingga, para atlet lebih memilih karir dengan menunda bahkan menghempaskan cita-cita menjadi sarjana.
Namun tak semua perguruan tinggi kolot terkait jadwal perkuliahan, khususnya bagi atlet. Seperti pengalaman yang dirasakan oleh Arif Suyono dan Ahmad Bustomi, pemain sepakbola tim nasional Indonesia, dan para atlet lainnya, yang memilih IKIP Budi Utomo (IBU) Malang. Bahkan keduanya pun lulus dengan IPK cukup baik.
Pengalaman ini pun akhirnya diikuti oleh Jericho Cristantoko (pemain Persijap Jepara) dan Iman Budi Santosa (pemain Persis Solo), sebagai mahasiswa baru (maba) tahun akademik 2020/2021. Pun salah satu atlet Sea Games 2019 cabor Triatlon dan Iron Man, Nethavani Octaria (19).
“Bagi saya, IKIP Budi Utomo Malang adalah kampus pilihan yang tepat. Saya tak salah pilih,” ungkap Vani, sapaan akrab peraih 2 medali perunggu SEA Games Philippines 2019, yang memilih jurusan Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi (PJKR) Fakultas Pendidikan Ilmu Eksakta dan Keolahragaan.

Disebutkan Vani, sengaja dirinya memilih IBU Malang. Menurutnya, meski jadwal latihannya cukup padat, namun bisa dikondisikan kuliahnya. Mengingat cabor Triatlon harus menguasai dengan baik kombinasi 3 cabor, yakni renang, sepeda dan lari. Apalagi untuk jadi Iron Man pada lomba triathlon jarak jauh.
“Seminggu itu full, kecuali Jumat libur. Sehari bisa 2-3 latihan. Tergantung perintah coach Cali Amaral, dalam memberikan porsi kombinasi latihan. Misal harus menyelesaikan renang dan lari, sepeda dan lari, kombinasi 2 cabor atau 3 cabor sekaligus sehari,” papar dara alumni SMAN 1 Batu, yang bernaung dibawah Jasalindo Sport Camps Lawang.
Vani mengungkapkan, usai lulus SMA dua tahun lalu dirinya tak langsung memutuskan kuliah. Dara asal Karangploso ini enjoy meniti karir baru sebagai atlet triatlon sejak 2 tahun terakhir. Namun atas desakan keluarga dan rekan-rekannya, akhirnya putri pertama dari tiga bersaudara ini, mencari referensi perguruan tinggi yang bisa fleksibel.
“Beberapa teman saya sudah masuk lebih dulu di salah satu PTN Kota Malang melalui jalur beasiswa, memberikan saran untuk masuk IBU. Sebab setelah mereka menjadi mahasiswa di sana, ternyata jadwal kuliah susah dikondisikan. Apalagi beberapa atlet lulusan IBU ternyata juga tetap bisa berprestasi dan lulus tepat waktu,” cerita Vani, yang mengawali karirnya sebagai atlet renang.
Menanggapi hal ini, Rektor IBU, Dr H Nurcholis Sunuyeko MSi, membenarkan pilihan Vani untuk kuliah di IBU. Sebab IBU memiliki metode khusus yang tidak dimiliki perguruan tinggi lain. Metode ini sukses diterapkan pada mahasiswa dan alumni IBU, khususnya para atlet.
“Metode tersebut telah disesuaikan oleh para dosen, yang notabene juga para mantan atlet. Jadi mereka tahu persis bagaimana kebutuhan atlet agar akademik tetap jalan, prestasi terus berkembang demi bangsa dan negara. Bukan sekedar teori, namun lebih pada penguasaan dan penerapan di lapangan,” beber Nurcholis.
Didesak metode khusus secara rinci, Nurcholis pun menjawab diplomatis. “Kami tak bisa membuka rahasia khususnya. Namun, bisa dilihat bagaimana pengalaman dan perkembangan para atlet yang kuliah di IKIP Budi Utomo Malang. Jadi kalau ingin tahu, ya kuliah di IBU Malang,” tandas pria murah senyum ini. (rhd)