Sri Mulyani: Indonesia Resesi di Kuartal III

Menkeu Sri Mulyani. (ist)

Bacaan Lainnya

Jakarta, SERU.co.id – Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani memastikan, Indonesia akan mengalami resesi pada kuartal III 2020. Menkeu menyebut, perekonomian Indonesia akan mengalami kontraksi hingga minus 2,9 persen.

Perkiraan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal III akan berada di minus 2,9 persen hingga 1,1 persen. Sementara, update proyeksi perekonomian Indonesia di tahun 2020 secara keseluruhan menjadi minus 1,7 persen sampai 0,6 persen.

“Secara keseluruhan tahun 2020, proyeksi Kemenkeu antara minus 1,7% sampai minus 0,6%,” kata Menkeu.

Angka pertumbuhan ekonomi tersebut lebih dalam dibandingkan proyeksi awal yaitu 2,1 persen hingga 0 persen. Sedangkan, proyeksi keseluruhan sebelumnya pada angka 1,1 persen hingga positif 0,2 persen.

“Kementerian Keuangan merevisi forecast untuk September. Sebelumnya untuk tahun ini minus 1,1 persen hingga positif 0,2 persen. Forecast terbaru September untuk 2020 di minus 1,7 persen hingga minus 0,6 persen,” ucap Sri Mulyani.

Menurut Sri Mulyani, proyeksi pertumbuhan ekonomi yang cenderung negatif di akhir tahun itu, akan membuat pertumbuhan ekonomi di kuartal III dan IV juga negatif. Kendati demikian, Menkeu mengatakan, angka tersebut tidak sedalam proyeksi beberapa lembaga internasional.

“Ini artinya negatif teritori kemungkinan akan terjadi pada kuartal III dan juga masih akan berlangsung kuartal IV, yang kita upayakan untuk bisa dekati 0 atau positif,” ujarnya.

Menkeu menjabarkan berdasarkan komponen pendorong pertumbuhan ekonomi. Untuk konsumsi rumah tangga, diperkirakan masih negatif di kuartal III dengan minus 3,0 hingga minus 1,5 persen. Sementara, di kuartal II, konsumsi juga minus di 5,6 persen.

Komponen konsumsi pemerintah diperkirakan masih akan positif di 9,8 persen hingga 17 persen di kuartal III ini. Di mana, sebelumnya, konsumsi pemerintah minus 6,9 persen di kuartal II.

Sementara, investasi diprediksi akan minus 8,5 hingga 6,6 persen di kuartal III. Serta, ekspor diprediksi akan minus 13,9 hingga 8,7 persen, sedangkan impor diperkirakan minus 26,8 persen hingga 16 persen. (hma/rhd)

Pos terkait