Mahasiswa FIB UB Hidupkan Kembali Legenda Telaga Jenon Lewat Buku Cerita Anak

Mahasiswa FIB UB Hidupkan Kembali Legenda Telaga Jenon Lewat Buku Cerita Anak
Mahasiswa FIB UB berharap buku ini bisa meningkatkan literasi sekaligus melestarikan budaya lokal. (ist)

Malang, SERU.co.id – Mahasiswa Fakultas Ilmu Budaya Universitas Brawijaya (FIB UB) berhasil menghidupkan kembali cerita rakyat Telaga Jenon. Kelompok 63 Pengabdian kepada Masyarakat (PkM) itu berhasil menyusunnya menjadi buku cerita anak berjudul ‘Legenda Telaga Jenon dan Desa Gunungronggo’. Buku ini menjadi bagian revitalisasi perpustakaan MI Darussalamah di Desa Gunungronggo, Kecamatan Tajinan, Kabupaten Malang.

Koordinator Desa Kelompok 63, Najwa El Kiromi mengatakan, program ini lahir dari gagasan memperkaya koleksi perpustakaan MI Darussalamah yang baru saja direvitalisasi. Buku tersebut bukan hanya menjadi tambahan bacaan. Namun juga jembatan bagi siswa sekolah dasar untuk mengenal kembali budaya lokal mereka.

Bacaan Lainnya

“Awalnya kami berdiskusi dengan perangkat desa dan tokoh masyarakat. Dari situ, kami mendengar langsung kisah asal-usul Telaga Jenon yang sangat melekat dalam ingatan warga. Cerita itu kemudian kami tulis ulang dengan bahasa sederhana agar mudah dipahami anak-anak,” seru Najwa, Rabu 17/9/2025).

Antusiasme siswa membaca buku Legenda Telaga Jenon dan Desa Gunungronggo. (ist)

Tidak berhenti pada naskah, mahasiswa juga menambahkan sentuhan visual agar buku terasa lebih hidup. Ilustrasi berwarna dengan gaya kartun ceria dipilih agar anak-anak semakin tertarik membuka setiap halamannya.

“Kami ingin cerita rakyat ini tidak hanya dibaca. Namun juga dirasakan lewat gambar yang dekat dengan dunia anak-anak,” tambah Najwa.

Pada 4 Agustus 2025, buku Legenda Telaga Jenon dan Desa Gunungronggo resmi diserahkan kepada MI Darussalamah. Momen itu berbarengan dengan peresmian perpustakaan baru hasil revitalisasi. Banyak dari anak-anak berebut membaca, bahkan spontan membacakan cerita dengan lantang di depan teman-temannya.

Guru dan kepala sekolah menyambut hangat karya tersebut. Bagi mereka, buku ini bukan sekadar bacaan tambahan. Melainkan hadiah berharga yang membawa identitas desa masuk ke ruang belajar anak-anak.

Najwa menegaskan, penyusunan buku ini merupakan cara sederhana dan penting untuk menjaga warisan budaya.

“Harapan kami, buku ini bisa menjadi bacaan favorit siswa sekaligus sarana melestarikan cerita rakyat agar tidak hilang ditelan zaman,” ujarnya.

Lebih jauh, program ini juga sejalan dengan tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs) poin 4 tentang Pendidikan Berkualitas. Kehadiran buku cerita rakyat diharapkan dapat meningkatkan minat baca dan membangun rasa percaya diri siswa dalam kegiatan literasi sekaligus menumbuhkan kebanggaan terhadap identitas budaya mereka. (aan/mzm)

Pos terkait