Nestapa Kampung Tematik Kota Malang, Pembangunan Belum Merata Pengunjung Sepi

Nestapa Kampung Tematik Kota Malang, Pembangunan Belum Merata Pengunjung Sepi
Kampung Putih, salah satu kampung tematik di Kota Malang nampak kumuh. (bas)

Malang, SERU.co.id – Kampung Tematik Kota Malang mengalami nestapa dan tantangan serius terkait upaya mempertahankan eksistensinya. Proses pembangunan masih belum merata, sedangkan pengunjung kian menyusut.

Koordinator Kampung Wisata Topeng, Adi Sudarsono mengungkapkan, kondisi kampung tematik yang terletak di Kelurahan Tlogowaru ini semakin sepi. Banyak fasilitas sudah tidak terawat, bahkan wahana yang pernah ada seperti flying fox sudah tidak ada.

Bacaan Lainnya

“Setelah dibangun tahun 2016, sempat ramai dan sekarang sudah sepi pengunjung. Penyebabnya tidak ada pembaruan dari Kampung Wisata Topeng,” seru Adi, saat ditemui di kediamannya.

Kampung Topeng sepi pengunjung dan tidak terawat. (bas)

Adi menjelaskan, dahulu ada wacana pemberian pelatihan seni tari bagi warga sekitar untuk mengoptimalkan daya tarik kampung tersebut. Sayangnya, penunjukan pelatih seni tidak melibatkan warga setempat, hingga pelatih tersebut menghilang tanpa kabar.

“Sebenarnya dulu sudah ada tempat untuk sanggar. Tapi pelatihnya yang ditunjuk pemerintah dari luar wilayah sini menghilang tanpa kabar,” ungkapnya.

Ia menambahkan, Kampung Wisata Topeng semakin sepi, karena minimnya daya tarik. Para wisatawan menginginkan adanya pembangunan kolam renang, akan tetapi masih belum ada tindak lanjut dari pemerintah.

Warga Kampung Wisata Topeng, Siti Mutmainah menerangkan, sepinya pengunjung berdampak bagi perekonomian. Ada warga yang kembali ke daerah asal maupun kembali memulung, mengemis, maupun pekerjaan lainnya.

“Dulu rencananya akan ada kerja sama untuk mendirikan pabrik kue kering, sehingga warga sekitar bisa bekerja. Lalu tidak jadi dan mangkrak, padahal banyak warga yang sudah bisa membuat kue tapi tidak ada wadahnya bekerja,” ujarnya.

Kampung Putih dan Taman Kupu-kupu Tampak Kumuh

Tidak hanya Kampung Wisata Topeng, kampung tematik lain seperti Kampung Putih juga tampak sepi pengunjung. Kampung yang terletak di bantaran Sungai Brantas dekat RSUD Saiful Anwar itu terlihat kembali kumuh.

Warga sekitar, Sriati mengatakan, dahulu Kampung Putih kerap dikunjungi wisatawan saat awal peresmiannya. Daya tariknya terlihat dari cat-cat rumah yang serempak berwarna putih serta keberadaan Taman Kupu-kupu.

“Sekarang sudah tidak terawat, banyak cat-cat mulai pudar dan tidak tertata lagi. Kalau dibuat wisata tidak ada apa-apanya, berbeda dengan Kayutangan Heritage dan Kampung Warna-warni,” katanya.

Sriati mengakui, sepinya Kampung Putih juga diakibatkan kurangnya promosi. Pasca peresmian, ia tidak mengetahui adanya penyelenggaraan event-event untuk menarik pengunjung.

“Kami berharap, pemerintah memberikan perhatian, supaya kampung ini lebih dikenal. Pembangunan juga diharapkan merata, agar kondisinya ramai seperti yang lain,” ucapnya.

Berdasarkan pemantauan media ini, Kampung Putih tampak kumuh. Taman Kupu-kupu yang menjadi andalan terlihat mulai ditumbuhi lumut, serta tiang pembatasnya dengan tepi sungai mulai rapuh.

Disporapar Prioritaskan Enam Kampung Tematik Setiap Tahun

Terpisah, Kepala Dinas Kepemudaan, Olahraga dan Pariwisata (Disporapar) Kota Malang, Baihaqi menanggapi keluhan warga. Ia menyatakan, pihaknya akan mengoptimalkan pembangunan kampung tematik sesuai skema yang ditetapkan.

“Ada kurang lebih 23 kampung tematik di Kota Malang. Memang untuk tahun ini ada prioritas yang kami optimalkan, supaya benar-benar ada kemajuan signifikan. Yang paling penting bagaimana kita menciptakan sapta pesona yang memberikan kenangan berkesan bagi pengunjung,” terangnya.

Baihaqi menyebut, ada enam kampung tematik yang diprioritaskan setiap tahunnya. Sebagai contoh, pihaknya sedang mengembangkan Kampung Wisata Sanan dengan sentra pembuatan tempe dan Kampung Gerabah Penanggungan.

“Prioritas pengembangan kampung tematik akan berganti setiap tahunnya. Hal ini bertujuan, agar semua kampung tematik menjadi destinasi wisata unggulan di Kota Malang. Kami akan mengembangkan dengan memberi pendampingan bagi Pokdarwis (Kelompok Sadar Wisata) setempat,” imbuhnya.

Baihaqi menegaskan, Pemkot Malang bertanggungjawab atas pembangunan akses yang memadai, serta fasilitas pendukung seperti sarana promosi dan penunjuk arah. Namun terkait usulan penambahan fasilitas seperti kolam renang, perlu dikaji dulu mengenai kepemilihan lahan, pengelolaan, hingga pelibatan pihak ketiga untuk pembangunan.

“Yang harus punya komitmen tinggi dari Pokdarwis setempat, kemudian masyarakatnya. Kami dari Pemkot Malang melakukan pembinaan kepada Pokdarwis. Serta menyarankan kerja sama dengan kami apabila mengadakan event, agar bisa menawarkan hal baru bagi pengunjung,” tegasnya.

Ia juga menanggapi sepinya kampung tematik unggulan, yakni Kampung Warna-warni Jodipan. Diakuinya, pengunjung domestik semakin sedikit dan cenderung lebih banyak dikunjungi wisatawan asing yang sedang berlibur ke Kota Malang.

“Destinasi wisata perlu terus berinovasi, agar tak menimbulkan kejenuhan, terutama bagi wisatawan domestik yang sudah sering berkunjung. Berbeda dengan turis mancanegara yang biasanya baru pertama kali datang. Maka kampung tematik ditantang untuk terus menghadirkan pembaruan,” tandasnya.

 
 

(bas/rhd)

Pos terkait