Reuni Alumni UGM Jadi Panggung Klarifikasi Sekaligus Munculnya Banyak Tanda Tanya

Reuni Alumni UGM Jadi Panggung Klarifikasi Sekaligus Munculnya Banyak Tanda Tanya
Jokowi saat menghadiri reuni ke-45 angkatan 1980 Fakultas Kehutanan UGM. (ist)

Sleman, SERU.co.idJokowi menghadiri reuni ke-45 angkatan 1980 Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada (UGM). Reuni tersebut menjadi perbincangan hangat karena digelar di tengah memanasnya isu dugaan ijazah palsu Jokowi. Sejumlah rekan seangkatannya memberikan kesaksian namun justru menimbulkan banyak tanda tanya.

Salah satu rekan yang paling banyak disorot, Mulyono, alumnus Fakultas Kehutanan UGM angkatan 1980. Mulyono mengaku, satu angkatan dengan Jokowi.

Bacaan Lainnya

“Tapi saya lulus tahun 1987, sedangkan Jokowi lulus tahun 1985. Lulus dua tahun lebih cepat dari saya,” seru Mulyono, dikutip dari CNN, Senin (28/7/2025).

Menariknya, Mulyono adalah nama yang sempat dikaitkan dengan masa kecil Jokowi. Dimana orang tua Jokowi mengganti nama anaknya dari Mulyono menjadi Joko Widodo karena sering sakit-sakitan.

Lebih lanjut, Mulyono menyatakan, ketiadaan jurusan di Fakultas Kehutanan saat itu.

“Fakultas Kehutanan tidak ada jurusan, tapi saya ambil skripsi di bidang Ekonomi Manajemen,” ujarnya.

Selain Mulyono, rekan Jokowi lainnya, Mustoha Iskandar mengklaim yakin ijazah Jokowi asli. Namun Mustoha sendiri mengakui, belum pernah melihat langsung ijazah tersebut. Keyakinannya semata didasarkan pada memori pertemanan dan kehadiran Jokowi dalam reuni.

Pegiat media sosial, Tifauzia Tyassuma atau dikenal sebagai Dokter Tifa mengungkap, sosok Mulyono yang mengaku rekan kuliah Jokowi di UGM. Ia menyatakan, setelah ditelusuri, pria yang mengaku bernama Mulyono dan lulusan Fakultas Kehutanan UGM sebenarnya bernama asli Wakidi, diduga calo di Terminal Bus Tirtonadi, Solo.

“Pantesan… kok saya ragu ya, ada alumni UGM seperti ini. Masa insinyur beli gigi palsu saja nggak sanggup? Aduh, betul-betul UGM dibuat nyungsep ke comberan sama si Mukidi, temennya si Wakidi!,” imbuhnya.

Pengamat komunikasi politik Universitas Esa Unggul, Jamiluddin Ritonga menilai, pertemuan reuni itu belum cukup kuat untuk menepis tudingan publik. Apalagi, kelompok yang paling vokal seperti Roy Suryo, tetap mendesak agar Jokowi menunjukkan ijazah asli ke publik.

“Selama belum ada transparansi dokumen yang sebenarnya, klarifikasi dari teman-teman angkatan akan dianggap sebatas testimoni emosional, bukan fakta verifikatif,” pungkas Jamiluddin. (aan/mzm)

Pos terkait