Malang, SERU.co.id – Para peneliti muda yang terhimpun dalam komunitas Environmental Green Society (Envigreen Society) Malang, menemukan bahwa Kali Brantas di Kota Malang tercemar mikroplastik. Mereka melakukan Rapid Assessment for Microplastic Contamination in Brantas River Ecosystem (penilaian cepat untuk kontaminasi di ekosistem Kali Brantas, red), akhir Agustus 2020 lalu.
Hasil penilaian cepat ini, menunjukkan buruknya kualitas air akibat terdapat kontaminasi mikroplastik. Mikroplastik merupakan partikel plastik yang berukuran lebih kecil dari 5 mm. Sangat berbahaya apabila mikroplastik mengkontaminasi makhluk hidup, karena dapat menyebabkan gangguan sistem saraf, hormon, bahkan dapat meningkatkan risiko kanker.
“Kami melakukan pemantauan Kali Brantas pada 3 lokasi yang berbeda, yaitu di Bumiaji, Sengkaling dan Klojen, tepatnya di daerah pasar hewan Splindit dengan mengamati kontaminasi mikroplastik. Hasil penelitian kami, semuanya positif mengandung mikroplastik dari jenis fiber, filamen dan fragmen,” ungkap Rafika Aprilianti, salah satu peneliti.
Pada bantaran sungai dan saluran-saluran anak Kali Brantas, banyak dijumpai sampah-sampah plastik, termasuk kantong plastik sekali pakai. Sampah plastik yang terdiri dari kemasan-kemasan sachet, tas kresek, botol plastik dan styrofoam, yang terdegradasi menjadi serpihan plastik berukuran kecil, bahkan sampai 0,1 hingga 5 mm.
Mikroplastik terdapat beberapa macam, di antaranya berjenis fiber yaitu berasal dari serat pakaian, berjenis filamen yaitu berasal dari pecahan-pecahan plastik yang telah terdegradasi, dan berjenis fragment yaitu berasal dari potongan-potongan plastik dengan polimer sintetis yang kuat.
“Hasil penelitian kami, menunjukkan bahwa Kali Brantas di daerah Malang didominasi oleh mikroplastik jenis fiber yang bersumber dari serpihan tekstil,” seru Aan Alfin Pamungkas, anggota peneliti.
Ketiga lokasi pengamatan semuanya mengandung mikroplastik. Antara lain di Kecamatan Bumiaji Kota Batu ditemukan 10 mikroplastik dalam 100 L air Kali Brantas, Kecamatan Sengkaling ditemukan 19 mikroplastik dalam 100 L air, dan Kecamatan Klojen ditemukan 15 mikroplastik dalam 100 L air.
“Salah satu penyebab pencemaran mikroplastik adalah tidak adanya sistem layanan pengangkutan sampah oleh pemerintah setempat. Sehingga sampah-sampah plastik di bantaran sungai dapat memasuki aliran sungai, kemudian terdegradasi menjadi serpihan-serpihan mikroplastik,” beber Alaika Rahmatullah, peneliti lainnya.
Menyikapi problem Kali Brantas Malang yang terkepung oleh pencemaran mikroplastik, maka komunitas Environmental Green Society (Envigreen Society) mengajak kepada seluruh elemen masyarakat, untuk mengurangi penggunaan kantong plastik sekali pakai. Dan harus ada tanggung jawab produsen terhadap pengendalian sampah plastik yang banyak ditemukan di Kali Brantas.
Tercatat, kandungan mikroplastik di Bumiaji Kota Batu, mengandung jenis Fiber 6, Filamen 4, dan Fragmen 0. Sementara kandungan mikroplastik di Sengkaling, Malang, mengandung jenis Fiber 10, Filamen 7, dan Fragmen 2. Sedangkan kandungan mikroplastik di Klojen, Kota Malang,
(Pasar Hewan Splindid), mengandung Fiber 9, Filamen 5, dan Fragmen 1. (*/rhd)