Arif Setyo Budi Terlibat Beberapa Project Tari Inklusi Internasional
Berbekal ratusan prestasi lokal dan nasional, Arif Setyo Budi dipertemukan founder komunitas ‘We Are Epic’, Anthony dan istrinya Laura Evans di Bali tahun 2018. Dua orang kewarganegaraan Inggris tersebut mengumpulkan teman-teman disabilitas yang bergerak di bidang seni, seperti penari, pelukis, penulis dan keahlian lainnya.
Pada tahun 2023 akhir, Arif kembali dihubungi untuk bertemu, karena akan ada project dari British Council. Mereka mendatangkan penari Inggris non difabel untuk berkolaborasi bersama penari disabilitas, salah satunya Arif. Project tersebut berlangsung pada Juli 2024.
Selanjutnya Maret 2025, Arif kembali diundang untuk project sharing session dan membuat workshop dengan mengundang komunitas disabilitas. Salah satu narasumbernya Arif Setyo Budi.
“Aku diminta sharing kepada teman-teman disabilitas untuk bikin suatu project, seperti bikin flim dokumenter dan lainnya. Waktu itu, materi yang aku berikan tentang pengalaman project Juli 2024 lalu. Hasilnya, teman-teman disabilitas lebih semangat dan mampu menghasilkan karya,” terang pria yang menjadi aktor terbaik film pendek 2013 dan pemain film religi di TVRI.
Usai project tersebut, Arif kembali diundang ke Singapura dan dikenalkan Anthony kepada produser project Colony A True Colours, Audrey Pererra. Setelah melihat portofolio karya foto, video dokumenter dan perfomance Arif Setyo Budi. Akhirnya Audrey menyetujui Arif untuk terlibat dalam Singapura International Festival of Art (SIFA) 2025.
“Dalam SIFA 2025, aku tampil bersama 13 orang disabilitas hebat dan non difabel dari mancanegara. Karena mereka dipilih melalui seleksi yang ketat, kami cepat nyambung dalam komunikasi maupun berimprovisasi tentang gerakan tari,” jelas pria yang kesehariannya menjadi driver ojek online (ojol) di Malang, Jawa Timur, Indonesia.
Arif merinci 13 orang yang tergabung dalam SIFA 2025. Terdiri dari 6 (enam) orang disabilitas, berasal dari Indonesia (1 orang yaitu Arif), Kamboja (1 orang berkursi roda), Jepang (2 orang tuna daksa dan dwarf/kerdil) dan Singapura (2 orang down syndrome). Sementara 7 (tujuh) orang non difabel, berasal dari Thailand (1 orang), Philipina (1 orang) dan Singapura (5 orang).
“Aku berada sebulan penuh di Singapura, untuk berlatih bersama tiap hari dengan durasi 6 jam (3 jam berlatih, 2 jam istirahat, 3 jam berlatih). Orang luar (negeri) itu memang totalitas dalam berkarya, dan liburnya sehari dalam sepekan. Selanjutnya pertunjukan selama 3 hari, dimana setiap harinya kami tampil selama 1 jam per hari,” urai pemilik kafe Gubug Kayu di Kota Malang ini.
Dalam pertunjukan itu, alur cerita disesuaikan peran karakter masing-masing sebagaimana skenario drama tari. Dengan full performance tarian dan musik, tanpa dialog namun dalam satu bahasa tari.
Usai SIFA 2025, rencananya Arif akan melakoni dua project lagi. Pertama, Arif bersama Colony A True Colours pada September 2025, untuk kembali membuat workshop dan perform. Dimana nantinya melibatkan Arif dan pemain asal Kamboja berkursi roda, serta penari non disabilitas.
Kedua, rencananya Arif akan dikirim ‘We Are Epic’ ke Inggris untuk belajar membuat konsep project tari inklusi pada tahun 2026. Mulai dari peran sebagai produser, tata manajemen, personel yang dilibatkan, produksi, sponsor hingga pelaksanaan.
“Insyaallah, September 2025 nanti kami bersama Audrey dari Colony bikin workshop dan perform. Kemudian rencana ke Eropa itu pada tahun 2026,” timpalnya.