Jakarta, SERU.co.id – Kementerian Agama (Kemenag) RI kembali mengingatkan masyarakat agar tidak tergiur dengan tawaran berhaji melalui jalur tidak resmi dengan memanfaatkan visa non haji. Pemerintah Arab Saudi menegaskan bahwa ibadah haji hanya dapat dilaksanakan menggunakan visa haji resmi.
Direktur Jenderal Penyelenggara Haji dan Umrah Kemenag Hilman Latief, mengungkapkan bahwa peringatan ini disampaikan langsung oleh Kementerian Haji dan Umrah Arab Saudi. Ia menyoroti masih banyaknya warga yang tertipu atau tidak sadar menggunakan visa non-haji, seperti visa umrah atau ziarah, untuk melaksanakan ibadah haji.
“Hanya visa haji yang sah digunakan. Visa lain tidak berlaku untuk berhaji. Masyarakat harus lebih waspada,” ujar Hilman dalam apel pemberangkatan Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) di Asrama Haji Pondok Gede, Jakarta Timur, Senin (28/4/2025).
Merujuk data Gulfnews, pada musim haji tahun 2024, lebih dari 300.000 jemaah non-resmi harus dievakuasi dari Makkah, termasuk 153.998 pendatang asing dengan visa turis dan 171.587 penduduk lokal tanpa izin haji.
Hilman juga kembali menegaskan bahwa prinsip “Ramah Lansia” tetap menjadi prioritas dalam pelayanan haji tahun ini, bukan sekadar slogan. Mengingat mayoritas jemaah berasal dari kelompok usia lanjut, skema layanan difokuskan untuk memberikan kemudahan, kenyamanan, dan perlindungan maksimal, terlebih dalam menghadapi suhu ekstrem di Tanah Suci yang bisa mencapai 50–60 derajat Celsius.
Berbagai langkah antisipasi terhadap dampak cuaca panas telah disiapkan oleh Kementerian Agama, termasuk penguatan layanan kesehatan dan perlindungan fisik bagi jemaah.
Pemberangkatan Petugas Tahap Pertama
Sebanyak 389 petugas haji secara resmi diberangkatkan menuju Arab Saudi. Mereka akan menjalankan tugas di Daerah Kerja (Daker) Bandara dan Daker Madinah, serta memperkuat operasional Kantor Urusan Haji (KUH) di Jeddah.
Sebelumnya, tim advance telah diberangkatkan lebih awal dalam tiga gelombang untuk menyiapkan akomodasi, katering, dan transportasi jemaah.
“Hari ini kami berangkatkan 388 petugas tahap pertama. Mereka akan fokus di Bandara Madinah dan hotel-hotel di sekitar kawasan Markaziyah,” jelas Hilman seperti dilansir majelistabligh.id, Senin (28/4/2025).
Petugas akan menyambut jemaah Indonesia yang mendarat di Madinah, memfasilitasi pemindahan ke hotel, serta memastikan seluruh layanan berjalan sesuai standar. Gelombang pertama jemaah akan tinggal sekitar 8–9 hari di Madinah sebelum diberangkatkan ke Makkah.
Hilman menekankan pentingnya kesiapan menyeluruh dari para petugas, tidak hanya dalam aspek teknis, tetapi juga mental dan spiritual. Ia mengingatkan agar seluruh petugas melayani dengan ketulusan, cinta, dan semangat ibadah, serta tidak mengutamakan kepentingan pribadi, termasuk dalam beribadah.
“Tugas melayani jemaah adalah ibadah. Jangan sampai ibadah pribadi mengganggu pelayanan utama,” katanya.
Setiap hari, sekitar 19–20 kloter jemaah akan tiba dan didampingi oleh petugas. Masa tugas mereka akan berlangsung selama kurang lebih 70 hari, mencakup kedatangan dan kepulangan jemaah dari Madinah.
Penggunaan media sosial oleh petugas juga diatur ketat. Mereka diperbolehkan menggunakannya secara bijak, namun dilarang keras melakukan “flexing” atau pamer berlebihan.
“Gunakan media sosial untuk menyebarkan kebaikan. Jangan ganti seragam tanpa izin, jangan jalan-jalan ke kota lain. Pelanggaran akan dikenai sanksi tegas,” ujar Hilman.
Ia menutup dengan mengingatkan bahwa kepatuhan terhadap regulasi, loyalitas, dan integritas adalah kunci utama keberhasilan dalam memberikan layanan haji yang profesional, aman, dan ramah. (*/mti/ono)