Malang, SERU.co.id – Pemkot Malang berencana mengembangkan wisata religi di kompleks Makam Ki Ageng Gribig, Kelurahan Madyopuro, Kecamatan Kedungkandang, Kota Malang. Pemkot Malang bakal menyerap aspirasi masyarakat setempat untuk penataan konsep hingga pengadaan sarpras.
Wali Kota Malang, Wahyu Hidayat mengungkapkan, Makam Ki Ageng Gribig menyimpan potensi wisata religi. Biasanya, kawasan ini ramai dikunjungi pada waktu tertentu, seperti menjelang Ramadan dan hari-hari besar Jawa dan Islam.
“Kita ingin mengembangkan, tapi tentu sesuai dengan keinginan masyarakat. Jadi tidak serta merta membangun, karena akan kami tanya seperti apa kebutuhannya,” seru Wahyu, Selasa (8/4/2025).
Wahyu menjelaskan, keinginan Pemkot Malang memaksimalkan potensi wisata religi, karena Makam Ki Ageng Gribig sudah dikenal tidak hanya di kancah lokal. Namun juga banyak pengunjung berasal dari berbagai daerah di penjuru Nusantara.
“Dari segi penataan tempat tidak ada masalah. Yang perlu menjadi perhatian soal fasilitas MCK, termasuk kita akan membahas persoalan perparkiran,” ungkapnya.
Alumni ITN itu menjelaskan, kunjungan di Makam Ki Ageng Gribig biasanya bisa pagi hingga malam. Maka dari itu, perlu pembahasan terkait jam parkir dan ketersediaan lahan parkir yang lebih memadai.
“Nanti kita akan lihat, karena didekat sini ada Puskesmas Gribig, kita lihat keberadaannya. Kalau memang nanti ada aset yang bisa dimanfaatkan untuk wisata ini, kita akan membangun lahan parkirnya,” ujarnya.
Dalam kunjungannya, Wahyu menekankan, pentingnya memetik pelajaran hidup. Pasalnya, ada sejarah yang tidak bisa dilupakan terkait perjalanan panjang Kota Malang berkat tokoh-tokoh yang dimakamkan di tempat tersebut.
“Yang jelas, ini merupakan salah satu upaya membangun wisata di timur Kota Malang. Salah satunya, terkait dengan destinasi wisata religi,” pungkasnya.
Perhatian Pemkot Malang mendapat apresiasi dari Ketua Pokdarwis Pesarean Makam Ki Ageng Gribig, Devi Nur Hadianto. Ia mengungkapkan, kompleks Makam Ki Ageng Gribig merupakan salah satu destinasi wisata potensial di Kota Malang.
“Kawasan ini menawarkan wisata religi, edukasi dan sejarah, karena menyimpan jejak peradaban Islam di Kota Malang. Selain itu, banyak tokoh bangsa dimakamkan di sini mulai dari bupati, patih hingga tokoh berpengaruh di masa silam,” bebernya.
Devi menuturkan, pengunjung bisa mengetahui jejak peninggalan Islam pada abad pertengahan dari model tata pemakaman. Sehingga bisa diketahui produk budaya pada era Mataram Islam.
“Selain itu, kita bisa mengenal trah-trah bupati dan mengidentifikasi dari mana asalnya. Semisal, Trah Notodiningrat merupakan Trah Bupati Malang dan Trah Niti Adiningrat dari Pasuruan,” katanya.
Keunikan lainnya, setiap kompleks pemakaman diberi ‘tetenger’ atau penanda berupa jenis pohon tertentu untuk menandakan keistimewaan tokoh. Beberapa jenis pohon yang ikonik, seperti pohon nagasari dan pohon kemuning jenar. (ws13/rhd)