Malang, SERU.co.id – Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) kali ini menjadi tuan rumah acara MPR RI Goes to Campus. Dalam momen tersebut, MPR RI mengampanyekan urgensi transisi energi untuk memperbaiki kualitas lingkungan.
Wakil Ketua MPR RI, Dr Eddy Soeparno mengungkapkan, Indonesia berkomitmen mencapai target net zero emission pada 2060. Target itu ditetapkan untuk mengurangi emisi karbon dan pemanasan global.
“Kami mengajak kalangan kampus ikut berpartisipasi dalam proses transisi energi dari energi fosil ke energi terbarukan. Dan ini merupakan sebuah keharusan bagi kita melakukan transisi energi untuk memperbaiki kualitas lingkungan hidup,” seru Eddy, Selasa (18/3/2025).
Politisi PAN itu menjelaskan, perguruan tinggi memiliki peran dalam mempercepat transisi energi. Hal itu dikarenakan perguruan tinggi merupakan pusat riset, inovasi dan pembelajaran.
“Saya terus terang sangat kagum dengan UMM, karena ikut berkontribusi terhadap
masalah energi terbarukan. Kampus ini memiliki PLTMH (Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro) dan PLTS (Pembangkit Listrik Tenaga Surya),” ujarnya.
Eddy mengungkapkan, sudah ada Rancangan Peraturan Pemerintah terkait kebijakan energi nasional. Selain itu, upaya mempercepat akselerasi transisi energi diturunkan dalam Rencana Umum Ketenagalistrikan.
“Diperkirakan tahun 2035 nanti, bauran energi antara energi fosil dan energi terbarukan itu 50-50. Dan seiring waktu mendekati 2060, semakin meningkat bauran energi terbarukannya,” ungkapnya.
Menurut Eddy, ada berbagai langkah yang bisa dilakukan selama fase transisi energi berjalan. Upaya dimulai dari hal kecil seperti, menggunakan transportasi publik, mengganti LPG dengan alat memasak listrik hingga menggunakan bahan bakar RON 98.
“Pemerintah dapat menerapkan pajak karbon dan mengembangkan kemampuan CCS. Serta meninjau kemungkinan untuk memberhentikan PLTU yang sudah tua dan tidak efisien,” bebernya.
Sementara itu, Akademisi Teknik Elektro UMM, Dr. Ir. Machmud Effendy mengatakan, transisi energi tak bisa ditunda. Hal itu berpengaruh terhadap upaya mengatasi perubahan iklim, mengurangi ketergantungan energi fosil dan meningkatkan ketahanan energi.
“Transisi semakin memudahkan integrasi energi terbarukan dalam sistem kelistrikan, mendorong pertumbuhan ekonomi dan bahkan meningkatkan kesehatan. Karena transisi energi menghindarkan kita dari pembakaran bahan bakar fosil yang berbahaya bagi pernapasan,” tuturnya.
Machmud menilai, percepatan transisi energi dapat dilakukan dengan elektrifikasi massal. Melalui langkah tersebut, penggunaan bakar fosil dapat diminimalisir, karena masyarakat sudah beralih ke sistem listrik di berbagai bidang.
“Pertama, elektrifikasi massal untuk sektor transportasi, industri dan rumah tangga. Kedua, percepatan pengembangan jaringan gas untuk rumah tangga,” pungkasnya. (ws13/rhd)