Malang, SERU.co.id – Staff Ahli Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia Dr Ir Apik Karyana, MSc, mengatakan perempuan berperan besar dalam ketahanan pangan. Kerusakan lingkungan yang menjadi faktor utama terhadap stabilitas ketahanan pangan bisa dirubah oleh perempuan.
“Permasalahan lingkungan selalu berhulu di perilaku. Dan perempuan lah yang menjadi media utama dan pertama yang dapat mendorong perubahan perilaku,” seru Apik.
Apik menambahkan, dalam kesehariannya peran perempuan cenderung lebih dekat dengan lingkungan, seperti ketersedian air bersih, pengelolaan sampah rumah tangga, merawat tanaman, holtikultura, dan agroforestri.
Senada dengan Apik, Prof. Yayuk Yuliati menambahkan, dengan kelembutan hatinya dalam memelihara lingkungan, perempuan mampu memanfaatkan sumberdaya alam dengan kehati-hatian dan kecukupan sesuai dengan kebutuhan. Sehingga jika terjadi kerusakan lingkungan, maka perempuan yang paling terdampak apabila terjadi kerusakan lingkungan. Seperti mereka harus cari air lebih jauh, cari kayu bakar jauh karena rusaknya hutan.
“Pesan moralnya, jangan rusak atau eksploitasi hutan karena akan menyusahkan perempuan,” timpal Guru Besar Sosiologi Pertanian FPUB ini.
Yayuk juga mengatakan, lebih dari itu, pemberdayaan masyarakat yang memperhatikan aspek gender, baik laki-laki ataupun perempuan, hasilnya akan lebih signifikan dalam pencapaian kesejahteraan termasuk ketahanan pangan keluarganya.
Selanjutnya Dr. Asihing Kustanti, SHut,M,Si mengatakan, seharusnya tidak hanya perempuan yang berpengaruh dan mempunyai andil pada lingkungan, tapi juga masyarakat pengguna hutan, baik secara langsung maupun tidak langsung. Seperti contohnya hutan, sebagai penyokong kehidupan masyarakat memberikan banyak manfaat.
“Masyarakat mempunyai kepentingan terhadap hutan, seperti sebagai sumber pangan, papan, dan sandang. Bahkan secara tidak langsung hutan memberikan keindahan, cadangan oksigen, sumber mata air, pencegah banjir bahkan ekowisata,” kata dosen Pertanian tersebut.
Oleh karena itu, lanjut manajer R&D UB Forest, seharusnyalah masyarakat dengan kapasitas pengetahuan dan inovasi yang dimiliki, bisa turut menjaga kelestarian hutan, bukan malah merusaknya. (rhd)