Polisi Terbitkan Enam LP Bos Kopi Cetol Gondanglegi, Beri Gaji Rp650 Ribu/bulan

Polisi Terbitkan Enam LP Bos Kopi Cetol Gondanglegi, Beri Gaji Rp650 Ribu/bulan
proses penggerebekan Kopi Cetol Gondanglegi.(foto: ist)

Malang, SERU.co.id – Unit Perlindungan Perempuan dan Anak (UPPA) Satreskrim Polres Malang terbitkan 6 (enam) Laporan Polisi (LP) terhadap tujuh gadis di bawah umur yang terlibat dalam praktik prostitusi Kopi Cetol Pasar Gondanglegi. Dari satu bulan mereka bekerja sebagai para pelayan laki-laki hidung belang tersebut mendapatkan gaji sebanyak Rp650 ribu.

Kanit UPPA Satreskrim Polres Malang, Aiptu Erlehana mengatakan, ketujuh anak-anak ini memiliki bos yang berbeda-beda. Sehingga pihaknya terbitkan enam LP untuk para bos mereka.

Bacaan Lainnya

“Kita identifikasi lagi selanjutnya karena di situ ada dugaan tindak pidana, karena di bawah umur. Dari hasil interogasi awal kita menerbitkan 6 LP dengan para pemilik masing-masing. Kenapa dibikin 6 karena masing-masing anak ini bosnya beda,” seru Leha, saat dikonfirmasi.

Leha menerangkan, dalam satu bulan bekerja para gadis belia tersebut mereka akan digaji pokok rata-rata sebesar Rp650 ribu. Nilai tersebut di luar fee atau bonus dari pengunjung.

“Kenapa disebut Kopi Pangku, karena bulanan ini sudah didapat dari bosnya sebagai pelayan. Fee nya itu dengan cara ketika dia pendekatan dengan pelanggan,” bebernya.

Diterangkan Leha, fee yang didapatkan para pelayan Kopi Cetol tersebut cukup bervariatif. Mulai dari puluhan ribu jika hanya menemani mengopi saja. Namun mereka juga akan dihargai berbeda, jika melayani para laki-laki tersebut lebih dari itu.

“Ya ada yang Rp50 ribu, kalau cuma menemani minum kopi itu Rp50 ribu
tapi gak sama ceritanya. Sebagian itu menerangkan yang memang ditampung, ikut sama bosnya itu kalau siang itu bekerja di sana di pasar, kopi situ,” bebernya.

“Kalau siang di kopi pangku kalau malamnya itu mereka, bosnya itu punya lapak lagi. Bermacam-macam tempatnya, gak hanya 1 tempatnya ada yang di pinggir jalan Gondanglegi ada yg masuk-tempat (tempatnya) gitu-gitu,” imbuh Leha.

Dirinya menyebut, dari hasil pemeriksaan yang telah dilakukan para orang tua anak-anak ini. Seluruhnya tidak tahu menahu tentang pekerjaan yang dilakukan anak-anak mereka.

Sedangkan faktor yang mendorong para gadis tersebut untuk turut terjun ke dunia itu juga cukup beragam. Mulai dari faktor ekonomi, lingkungan, bahkan kemauan kemauan dari anak itu sendiri. (wul/mzm)

disclaimer

Pos terkait