Malang, SERU.co.id – Kajoetangan Heritage kini ditetapkan sebagai Kawasan Inklusi Keuangan (KIK) dalam program Tim Percepatan Akses Keuangan Daerah (TPKAD) Kota Malang, Rabu (3/12/2024). Program ini bertujuan untuk meningkatkan akses keuangan masyarakat melalui kolaborasi antara pemerintah, OJK, dan sektor perbankan. Inisiatif ini diharapkan, mampu memberdayakan UMKM lokal dan menjadikan Kajoetangan sebagai kawasan wisata unggulan.
Kepala OJK Malang, Biger Adzanna Maghribi mengungkapkan, proses menuju KIK sudah dimulai sejak 2018. Menurutnya, pemerintah Kota Malang memulai inisiatif ini dengan mengidentifikasi potensi Kajoetangan sebagai kawasan tematik.
“Kayutangan punya sejarah panjang. Kini, kita melihat hasil dari perjalanan itu,” seru Biger, dalam sambutannya.
Biger menambahkan, penetapan Kajoetangan sebagai KIK merupakan bagian dari milestone besar. Program ini dirancang untuk mengintegrasikan aspek fisik dan digital agar akses keuangan masyarakat semakin mudah.
“Kita berkolaborasi dengan berbagai pihak untuk memastikan program ini terus berkembang,” ujar Biger.
Baca juga: Tingkatkan Literasi Keuangan Masyarakat, OJK Malang ‘Sentuh’ Masyarakat Difabel
Sekretaris Daerah (Sekda) Kota Malang, Erik Setyo Santoso menjelaskan, pemerintah Kota Malang juga berperan aktif dalam merevitalisasi kawasan ini. pembangunan dimulai dengan memperbaiki infrastruktur dasar. Revitalisasi meliputi pembangunan jalan, saluran air, dan fasilitas umum lainnya.
“Kajoetangan dulunya kawasan mati. Sekarang, kawasan ini hidup kembali dengan berbagai aktivitas ekonomi,” kata Erik.
Selain itu, pemerintah melibatkan masyarakat melalui program pembangunan tematik berbasis komunitas. Kampung Kajoetangan yang menjadi bagian dari program ini diberdayakan melalui kelompok sadar wisata (Pok Darwis). Pok Darwis berperan penting dalam mengelola kawasan dan mendukung kegiatan ekonomi lokal.
Menurut Erik, pembangunan kawasan tidak hanya fokus pada fisik, tetapi juga manusianya. Masyarakat dilatih untuk memahami literasi keuangan dan memanfaatkan teknologi digital. Dengan begitu, UMKM lokal bisa lebih kompetitif dalam memasarkan produk dan meningkatkan layanan kepada wisatawan.
Ketua Pok Darwis, Mila Kurniawati menyampaikan, program ini memberikan dampak besar bagi pelaku usaha di Kajoetangan. Sejak 1 (satu) tahun terakhir, 5 (lima) bank terpilih telah memberikan pendampingan dan branding di kawasan tersebut.
“Kami sangat berterima kasih atas perhatian dari pemerintah dan OJK,” ungkap Mila.
Setiap bank memiliki peran khusus di berbagai area Kajoetangan. BNI, BRI, Bank Jatim, Bank Mandiri, dan BCA bekerja sama untuk memberikan pendampingan keuangan dan pengembangan bisnis. Pendekatan ini membantu memastikan sinergi antarbank dan menghindari persaingan internal.
Selain akses keuangan, program ini mendorong transisi menuju kawasan cashless. Mila menjelaskan, masyarakat dan wisatawan kini lebih nyaman melakukan transaksi secara digital. Dengan adanya kawasan cashless, kegiatan ekonomi menjadi lebih efisien dan modern.
Jumlah kunjungan ke Kajoetangan juga meningkat pesat sejak program ini berjalan. Data menunjukkan 400 pengunjung per hari di weekdays dan 1,500 pengunjung di akhir pekan. Secara keseluruhan, kawasan ini mampu menarik hingga 30.000 pengunjung setiap bulannya.
Menurut Mila, keberlanjutan program ini menjadi kunci utama keberhasilan. Pok Darwis berkomitmen, untuk terus mengelola kawasan agar tetap menarik dan relevan.
“Harapannya, Kajoetangan bisa menjadi model bagi kawasan lain di Malang,” ujar Mila.
Program ini tidak hanya menciptakan peluang ekonomi tetapi juga meningkatkan literasi keuangan masyarakat. Dengan dukungan pemerintah, sektor perbankan, dan komunitas, Kajoetangan diharapkan menjadi simbol inklusi keuangan yang berkelanjutan. Pemerintah optimis, program serupa dapat diterapkan di kawasan lain untuk mendorong pertumbuhan ekonomi lokal. (ws12/rhd)