UB Kukuhkan Empat Profesor Lintas Ilmu dari FH FT Fapet dan FIA

UB kukuhkan Prof. Afifah Kusumadara, Prof. Agus Suharyanto, Prof. Herly Evanuarini dan Prof.  Irwan Noor. (ist) - UB Kukuhkan Empat Profesor Lintas Ilmu dari FH FT Fapet dan FIA
UB kukuhkan Prof. Afifah Kusumadara, Prof. Agus Suharyanto, Prof. Herly Evanuarini dan Prof.  Irwan Noor. (ist)

Malang, SERU.co.id – Universitas Brawijaya (UB) kembali mengukuhkan empat profesor dari Fakultas Hukum (FH), Fakultas Teknik (FT), Fakultas Peternakan (Fapet), dan Fakultas Ilmu Administrasi (FIA), di  Samantha Krida, Kamis (28/11/2024). Di antaranya Prof. Afifah Kusumadara SH LLM SJD (FH), Prof. Agus Suharyanto MEng PhD (FT), Prof. Dr Herly Evanuarini SPt MP (Fapet) dan Prof. Dr Irwan Noor MA (FIA).

Prof. Afifah Kusumadara SH LLM SJD

Merupakan profesor aktif ke-9 di Fakultas Hukum (FH) dan profesor aktif ke-210 di UB. Serta menjadi profesor ke-386 dari seluruh guru besar yang telah dihasilkan oleh UB.

Bacaan Lainnya

Prof. Afifah Kusumadara SH LLM SJD dikukuhkan sebagai guru besar dalam bidang ilmu Hukum Perdata Internasional. Dengan mengusung pidato pengukuhan: ‘Model P3P untuk Selesaikan Sengketa berdasar Pilihan Pengadilan.’

Prof. Afifah Kusumadara SH LLM SJD mengatakan, saat ini, banyak pihak di Indonesia terlibat dalam kontrak komersial lintas-batas negara yang mengandung klausula pilihan pengadilan. Dimana para pihaknya sepakat untuk memilih pengadilan tertentu, baik di Indonesia maupun di negara lain, untuk menyelesaikan sengketa di antara mereka.

“Ketidak-pastian tentang kewenangan pengadilan yang telah dipilih para pihak, mengakibatkan meningkatnya biaya penyelesaian sengketa dan mengurangi kemudahan berbisnis di Indonesia,* seru Prof. Afifah, sapaannya.

Menurutnya, model P3P (Pilihan Pengadilan Para Pihak) yang dibahas adalah penyelesaian sengketa perdata internasional berdasarkan pilihan pengadilan para pihak. Model penyelesaian sengketa ini adalah model yang sesuai dengan prinsip kebebasan berkontrak.

“Model ini baru, karena hukum Indonesia tidak mengatur tentang kewenangan pengadilan asing yang sering dipilih para pihak dalam kontrak internasional. Hal ini tidak diatur dalam peraturan perundangan Indonesia,” terangnya.

Oleh karena itu, model yang ditawarkan disini akan dapat menciptakan kepastian hukum dan memberikan penyelesaian sengketa yang efisien. Sehingga menarik investor asing serta menaikkan peringkat Business Ready Indonesia.

“Disisi lain, model ini mungkin dapat menimbulkan keresahan para hakim Indonesia dalam mempertahankan kekuasaan kehakiman oleh Konstitusi,” tandasnya.

Prof. Afifah Kusumadara dan Prof. Agus Suharyanto. (ist) - UB Kukuhkan Empat Profesor Lintas Ilmu dari FH FT Fapet dan FIA
Prof. Afifah Kusumadara dan Prof. Agus Suharyanto. (ist)

Prof Ir Agus Suharyanto MEng PhD

Merupakan profesor aktif ke-29 di Fakultas Teknik (FT) dan profesor aktif ke-211 di UB. Serta menjadi profesor ke-387 dari seluruh guru besar yang telah dihasilkan oleh UB.

Prof Ir Agus Suharyanto MEng PhD dikukuhkan sebagai guru besar di bidang ilmu Sumber Daya Air Berkelanjutan menawarkan Model Hietograf-Hidrograf Banjir. Mengusung pidato pengukuhan: ‘Model Hietograf-Hidrograf Banjir Berdasarkan Perubahan Iklim.’

“Model ini menggunakan citra satelit penginderaan jauh untuk mengestimasi suhu permukaan lahan (bumi). Serta melakukan analisis hidrograf (aliran air permukaan) kaitannya dengan perubahan iklim,” terang Prof Agus, sapaannya.

Menurutnya, perubahan suhu permukaan bumi (Land Surface Temperature-LST) diakibatkan penurunan vegetasi yang menutupi permukaan bumi. Peningkatannya akan mempengaruhi karakteristik curah hujan, akibatnya sering terjadi hujan dengan durasi pendek namun intensitas besar.

“Perubahan iklim saat ini ditandai adanya pemanasan global (global warming) dan akhir-akhir ini menjadi pendidihan global (global boiling). Hal itu merupakan dampak dari kenaikan LST yang bisa mempercepat pembentukan awan,” beber Profesor yang menyelesaikan pendidikan Master dan Doktornya di Jepang.

Penelitian terkait LST ini dilakukan di Kota Malang, Kota Batu, Kota Surabaya, Kabupaten Malang, Pasuruan, Probolinggo, Sampang, dan Tuban. 

Pada penelitiannya, Prof Agus menyimpulkan, makin tinggi imp (lapisan tidak tembus air), maka debit aliran air permukaan yang tejadi juga semakin besar. Lapisan tidak tembus air ini, seperti gedung, aspal, beton.

“Untuk mengatasi hal tersebut bisa digunakan sumur resapan dan kolam detensi yang cukup signifikan mengontrol banjir di suatu wilayah. Kalau di Kota Malang, contohnya Bozem Tunggulwulung,” tandasnya.

Prof Dr Herly Evanuarini SPt MP

Merupakan profesor aktif ke-20 di Fakultas Peternakan (Fapet) dan profesor aktif ke 213 di UB. Serta menjadi profesor ke-389 dari seluruh guru besar yang telah dihasilkan oleh UB.

Prof Dr Herly Evanuarini SPt MP dikukuhkan sebagai guru besar dalam bidang ilmu Teknologi Pengolahan Hasil Ternak. Dengan mengusung pidato pengukuhan: ‘Silofa: Teknologi Emulsi Low Fat Mayonnaise dengan Penggunaan Penstabil Alami sebagai Pangan Fungsional.’ Membahas mayonnaise kandungan lemak rendah, emulsi stabil, sebagai pangan fungsional.

“Mayonnaise merupakan emulsi semi padat yang sangat popular dalam industri pangan. Permasalahan utama produk mayonnaise rendah lemak yang dihadapi adalah ketidakstabilan emulsi produk,” jelas Prof. Herly, sapaannya.

Menurutnya, ketidakstabilan emulsi menyebabkan pemisahan fase yang menyebabkan menurunnya kualitas fisikokimia, mutu sensori dan daya simpan. Teknologi emulsi menjadi kunci utama dalam pembuatan low fat mayonnaise ini.

“Silofa sebagai teknologi emulsi low fat mayonnaise berbasis penggunaan limbah agroindustri sebagai penstabil alami. Dapat memberikan solusi dalam menciptakan produk olahan hasil ternak fungsional dengan mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya lokal,” terangnya.

Keunggulan dari teknologi emulsi ini menghasilkan produk mayonnaise yang mempunyai kandungan lemak rendah, emulsi stabil, dan berperan sebagai pangan fungsional. Kelemahan teknologi emulsi ini adalah diperlukan reformulasi yang tepat, agar produk memiliki karakteristik seperti produk full fat mayonnaise.

“Inovasi produk Silofa mayonnaise ini dapat mendukung upaya meningkatkan kesehatan masyarakat dengan memberikan pilihan pangan yang sehat dan bergizi. Teknologi ini berkontribusi menjadi solusi inovasi produk pangan hasil ternak melalui pengelolaan limbah agroindustri berkelanjutan. Sehingga dapat menguntungkan secara ekonomi maupun lingkungan,” tandasnya.

Prof. Herly Evanuarini dan Prof.  Irwan Noor. (ist) - UB Kukuhkan Empat Profesor Lintas Ilmu dari FH FT Fapet dan FIA
Prof. Herly Evanuarini dan Prof.  Irwan Noor. (ist)

Prof Dr Drs Irwan Noor MA

Merupakan profesor aktif ke-12 di Fakultas Ilmu Administrasi (FIA) dan profesor aktif ke-214 di UB. Serta menjadi profesor ke-390 dari seluruh guru besar yang telah dihasilkan oleh UB.

Prof Dr Drs Irwan Noor MA dikukuhkan sebagai guru besar di bidang ilmu Inovasi Pemerintahan Lokal. Dengan mengusung pidato pengukuhan: ‘Wish Model: Integrasi dan Harmonisasi Kearifan Lokal Serta Spiritualitas untuk Inovasi Berkelanjutan dalam Pemerintahan Lokal.’

“Kearifan lokal dan spiritual yang terpadu pada kerangka konseptual WISH (Wisdom, Innovation, Sustainability, Harmony) dipandang tepat sebagai landasan moral dan etika pada pengambilan keputusan pemerintahan lokal. Nilai lokal ini dianggap lebih berkelanjutan, dibanding jika mengandalkan solusi yang hanya bersifat universal dan berbasis teknologi semata,” terang Prof Irwan, sapaannya.

Menurutnya, integrasi kearifan budaya dan nilai spiritual bertujuan menciptakan solusi yang lebih berkelanjutan. Dengan mempertimbangkan keunikan dan kebutuhan spesifik dari komunitas lokal.

Ia mencontohkan, perspektif lokal pada pengelolaan pemerintah di antaranya terkait pengelolaan kebencanaan. Perpaduan antara analisis data yang canggih dan kearifan lokal, bisa menghasilkan kebijakan yang sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan masyarakat.

“Kebijakan pengelolaan sumber daya alam, data dapat digunakan untuk mengidentifikasi potensi dan tantangan yang ada. Sementara nilai-nilai budaya dan tradisi lokal bisa memberikan perspektif tentang bagaimana sumber daya tersebut harus dikelola dengan bijaksana,” ujarnya. 

Kesimpulannya, WISH memiliki keunikan karena menggabungkan kearifan budaya lokal dan nilai-nilai spiritual dengan teknologi modern. Nilai pentingnya, yakni efisiensi dan kemajuan teknologi bukan sebagai pondasi utama dalam pengembangan inovasi. Tetapi memperhitungkan dimensi non-material yang sering kali terabaikan.
(rhd)

disclaimer

Pos terkait