Malang, SERU.co.id – Mengenang Tragedi Kanjuruhan, BEM FIB Universitas Brawijaya (UB) gelar pameran bertajuk ‘Tragedi yang Terlupakan Belum Terurai Namun Dianggap Usai’. Pameran ini menampilkan berbagai bentuk karya, mulai dari infografis, lukisan, hingga sisa puing Stadion Kanjuruhan sebagai saksi bisu tragedi tersebut. Pameran ini diharapkan menjadi upaya merawat ingatan tragedi kelam yang menewaskan 135 nyawa pada 1 Oktober 2022 silam.
Ketua pelaksana pameran, Muhammad Febizio menjelaskan, acara serupa pernah diadakan sebelumnya. Namun kali ini pameran sudah resmi menjadi bagian dari program kerja BEM FIB.
“Setelah melihat kasus ini belum sepenuhnya tuntas, kami merasa perlu mengadakan pameran lagi. Ini adalah upaya kami untuk menjaga ingatan publik tentang tragedi Kanjuruhan,” seru Febizio ditemui oleh SERU.co.id, Senin (30/9/2024).
Baca juga: Farzah, Korban Meninggal ke-135 Tragedi Kanjuruhan
Pameran ini menampilkan berbagai karya seperti fotografi, infografis, lukisan, dan karya sastra yang menggambarkan kejadian tragis tersebut. Salah satu poin penting yang disorot adalah daftar tuntutan korban yang divisualisasikan dalam bentuk infografis.
“Karya-karya yang dipamerkan merupakan kontribusi dari masyarakat umum. Sebagian besar menggunakan seni sebagai media ekspresi untuk menggambarkan tragedi tersebut,” ujarnya.
Febizio juga menambahkan, ada sedikit perbedaan dari pameran tahun sebelumnya. Kali ini, pameran akan digelar selama 6 hari di Galeri Seni FIB A, dengan tambahan sesi kontemplasi dan doa bersama di akhir acara. Selain itu, acara ini juga diakhiri dengan diskusi umum untuk membuka ruang dialog mengenai tragedi yang masih menyisakan banyak pertanyaan.
Baca juga: Keluarga Korban Tragedi Kanjuruhan Serukan Golput Pemilu 2024
“Namun, kami sangat menyayangkan adanya kendala perizinan dan reaksi represif dari pihak Markas Komando Universitas Brawijaya (Mako UB). Pihak Mako UB mempertanyakan izin acara ini dan mencoba memprovokasi agar BEM FIB tidak ikut campur dalam isu Tragedi Kanjuruhan,” bebernya.
Zio, sapaan akrabnya mengungkapkan, pihak Mako UB menyebut tragedi ini merupakan isu kabupaten dan bukan ranah pendidikan. Zio mengaku heran, padahal ini sudah menjadi isu nasional, bahkan internasional. Akibat kendala tersebut, pembukaan pameran yang seharusnya dimulai pukul 09.00 terpaksa diundur hingga pukul 12.00.
Baca juga: Kenang Satu Tahun Tragedi, Ratusan Massa Padati Stadion Kanjuruhan
“Meskipun demikian, acara tetap berjalan dengan baik dan hingga kini sudah menarik lebih dari 300-400 pengunjung. Kami juga bekerja sama dengan beberapa organisasi luar seperti Kamisan Malang, MCW, Benang Hitam dan PPMI,” kata Zio.
Terakhir, Zio mengatakan, pameran ini menjadi cara mereka untuk mengungkapkan ketidaknormalan yang terjadi dan menyadarkan masyarakat. Terutama terkait kasus ini belum benar-benar usai.
“Saya berharap masyarakat tidak melupakan Tragedi Kanjuruhan, sambil terus mendorong penuntasan kasus secara adil dan transparan,” pungkasnya. (afi/ono)