Malang, SERU.co.id – Banjir kembali menjadi keluhan masyarakat saat NGOMBE STMJ di Kelurahan Pandanwangi. Kali ini, warga Kecamatan Blimbing berharap ada solusi pada banjir yang sudah menjadi langganan setiap tahunnya. Selain master plan drainase, Pj Wali Kota Malang menilai kesadaran masyarakat perlu ditingkatkan.
Pj Wali Kota Malang, Dr Ir Wahyu Hidayat MM mengatakan, banyak permasalahan dari hasil Ngombe sudah ditindaklanjuti. Mulai dari banjir, UMKM hingga pendidikan. Menurutnya, permasalahan yang disampaikan saat Ngombe menjadi hal mendesak di masyarakat.
“Untuk itulah kami hadir agar bisa dirasakan langsung oleh masyarakat. Terkait banjir, master plan drainase yang dibuat sudah mampu menurunkan banjir. Dari yang semula empat jam baru surut kini sudah lebih cepat,” seru orang nomor satu di jajaran Pemkot Malang tersebut, Jumat (2/8/2024).
Lebih lanjut , Wahyu menegaskan, persoalan banjir memang tidak bisa diselesaikan sekejap. Perlu perencanaan sehingga harus bertahap. Ia pun menargetkan tahun 2028 Kota Malang sudah bebas banjir.
“Tidak hanya master plan drainase, kesadaran masyarakat juga harus ditingkatkan. Tidak jarang saat saluran tersumbat ada sampah yang sudah menumpuk. Saya melihat langsung, dimana di drainasenya ada kasur, lemari, kloset bahkan tumpukan kotoran sapi,” beber pria ramah senyum itu.
Dikatakannya, kesadaran masyarakat sangat penting. Perencanaan matang dari pemerintah bisa tidak berguna apabila kesadaran masyarakat tetap seperti itu.
“Bapak Ibu Camat bisa memberikan edukasi kepada masyarakat. Mohon dikondisikan kerja bakti untuk mengetahui keterlibatan masyarakat. Mari sama-sama perangi banjir, dengan kolaborasi pasti bisa diatasi,” imbuh ahli planologi ini.
Sementara itu, Kepala Dinas PUPRPKP, Dandung Julhardjanto menyampaikan, Kelurahan Purwodadi memang jadi langganan banjir. Survei lapangan menunjukkan banyaknya sampah menumpuk di saluran.
“Jadi upaya cepat yang bisa kami lakukan, segera menormalisasinua. Saat pembangunan flyover, tidak ada drainase di kanan kirinya. Kami menambah drainase yang lebih rendah daripada sungai di selatannya,” bebernya.
Dandung melanjutkan, saat hujan, drainase tersebut tidak hanya mendapat limpasan dari jalan. Namun juga dari sungai yang posisinya lebih tinggi daripada drainase.
“Kami berencana membelokkannya masuk ke halaman sekolah, karena saluran itu ada pohon besar. Namun dari pihak sekolah masih keberatan kalau dibuatkan masuk melalui halaman. Padahal, skemanya saluran tertutup sehingga tetap masih bisa dipakai untuk beraktivitas,” pungkasnya. (afi/ono)