Malang, SERU.co.id – Tim Pengabdian Kepada Masyarakat Karya Inovatif (PKM-KI) Universitas Brawijaya perkenalkan ‘PostureCare’, alat inovatif menggunakan teknologi Internet of Things (IoT) untuk terapi kifosis postural pada anak-anak. Alat ini membantu mendeteksi masalah secara dini dengan melibatkan keluarga secara langsung.
Ketua TIM PKM-KI, Farid Hardiansyah mengatakan, pandemi COVID-19 mengakibatkan perubahan perilaku. Anak-anak lebih banyak duduk dan kurang berolahraga, sehingga meningkatkan risiko kelainan tulang belakang seperti skoliosis, lordosis, dan kifosis.
“PostureCare bertujuan untuk diagnosa medis posisi bungkuk pada tulang belakang. Dilengkapi dengan sensor pendeteksi kesesuaian posisi, sudut tulang belakang dan terapi kompres panas pereda nyeri. PostureCare memantau dan mengoreksi kifosis yang dialami anak-anak usia 7-11 tahun,” seru Farid kepada SERU.co.id.
Sementara itu, Farid melanjutkan, satu sensor memonitor perubahan sudut tulang belakang harian pasca terapi. Mikrokontroler ESP32 memproses data sensor untuk menentukan output berupa modul getar, lampu LED dan heater. Alat ini akan memberi peringatan melalui getaran dan cahaya jika posisi tulang belakang terdeteksi salah.
“Dua polymade heater akan mengurangi nyeri dengan meningkatkan sirkulasi darah di daerah terkena melalui proses thermotherapy. Data dari perangkat ini akan disajikan dalam grafik harian melalui aplikasi terhubung WhatsApp bot. Ini memungkinkan orang tua dan terapis untuk melacak kemajuan terapi secara langsung,” bebernya.
Farid menambahkan, Pendekatan Chronic Care Model diterapkan dengan fokus pada kesejahteraan pasien dan keluarga. Salah satu fitur utamanya pemberian kalimat motivasi berbeda setiap hari melalui WhatsApp bot dan aplikasi.
Anggota tim dari Ilmu Keperawatan, Mochamad Saiful Anwar menyampaikan, hal ini membantu dalam mendeteksi masalah secara dini dan melibatkan keluarga secara langsung. Kemudian juga mengatasi gangguan tulang belakang,
“Pasien juga diberikan panduan dan buku harian ‘My Bone’ untuk memantau aktivitas, perasaan, penggunaan brace dan pola makan anak. Keluarga juga terlibat dengan memberikan stiker bintang jika anak berhasil memenuhi misi harian,” kata Isal saat proses pendampingan pasien di Desa Sumbersekar, Kecamatan Dau, Kabupaten Malang.
Lebih lanjut, setiap 3 hari, tim akan berkunjung ke rumah dan memberikan terapi bermain. Sekaligus penghargaan dalam bentuk bintang lebih besar. Keluarga juga mendapatkan edukasi, konsultasi dan dukungan emosional melalui berbagai modul dan aplikasi.
“Saat ini kami sedang proses mengajukan lima HAKI, yaitu dua buah modul untuk keluarga, pasien dan tenaga kesehatan. Kemudian satu manual book dan dua program komputer berupa WhatsApp Bot Care dam Aplikasi. Semoga PATEN yang diajukan sebanyak tiga draft juga disetujui dalam waktu dekat ini,” ujarnya.
Pengembangan ‘Posturecare’ ini telah direkomendasikan dan dikonsultasikan oleh 12 praktisi. Di antaranya Dokter Spesialis Bedah Syaraf Dr Muhammad Rezaalka Helto SpBS dan Dokter Spesialis Rehabilitasi Medis Dr Rifky Mubarak SpKFR. Dukungan dari para ahli memperkuat kredibilitas dan efektivitas alat ini.
“Dengan PostureCare, diharapkan anak-anak, baik dengan kifosis maupun tidak dapat memperoleh tindakan pencegahan. Sekaligus penanganan optimal dan meminimalkan risiko komplikasi di masa depan,” terangnya.
Inovasi ini menjadi jawaban terhadap tantangan kesehatan akibat perubahan gaya hidup selama pandemi. Membawa terobosan dalam terapi dan pemantauan kelainan tulang belakang, khususnya pada Kifosis. (afi/ono)