Pyongyang, SERU.co.id – Setelah 24 tahun, Presiden Rusia Vladimir Putin kembali mengunjungi Pyongyang, Ibu Kota Korea Utara, Rabu (19/6/2024). Putin dipeluk Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un dan sepakat mengembangkan hubungan kedua negara. Menanggapi hal tersebut, NATO merasa prihatin Rusia justru mendukung program rudal dan nuklir Korea Utara.
Korean Central News Agency (KCNA) menyatakan, kunjungan Putin menunjukkan persahabatan dan persatuan kedua negara yang kokoh.
“Dalam kunjungannya, Putin sepakat untuk memperdalam hubungan perdagangan dan keamanan. Dan mendukung Korea Utara melawan Amerika Serikat (AS),” seru KCNA.
Menanggapi pertemuan tersebut, Sekretaris Jenderal NATO, Jens Stoltenberg menyampaikan, prihatin terhadap dukungan Rusia untuk program rudal dan nuklir Korea Utara. Seusai pembicaraan bersama Menteri Luar Negeri AS, perang Rusia di Ukraina didukung oleh China, Korea Utara, dan Iran.
“Semuanya ingin melihat aliansi Barat gagal. Dukungan China terhadap perang Rusia menunjukkan bagaimana tantangan keamanan di Eropa juga berkaitan dengan Asia. Pertemuan puncak NATO akan menguatkan kemitraan aliansi dengan Australia, Selandia Baru, Korea Selatan dan Jepang,” beber Stoltenberg.
Baca juga: Badan Penerbangan Rusia Klaim Bos Wargner Tewas Dalam Kecelakaan Pesawat Jatuh
Lebih lanjut, Stoltenberg menegaskan, perlu konsekuensi tahap tertentu terhadap China. Ia menilai China tidak bisa terus menjalin hubungan perdagangan dengan negara-negara di Eropa.
“Namun pada saat yang sama mereka justru memicu perang terbesar di Eropa sejak Perang Dunia Kedua. Hal ini harus menjadi masalah yang perlu diatasi,” ujarnya.
Sebagai informasi, Putin mengunjungi Pyongyang terakhir pada Juli 2000. Saat itu ia bertemu dengan ayah Kim Jong Un, Kim Jong II. Sementara Kim Jong Un terakhir mengunjungi Rusia pada September 2023 dengan mengunjungi tiga wilayah sekaligus di Rusia. (aan/ono)