Malang, SERU.co.id – Paitun, merupakan calon jemaah haji tertua di Kabupaten Malang yang rencananya akan berangkat ke Tanah Suci tahun ini. Wanita berusia 92 tahun itu mengaku merasa senang dan menantikan hal yang dia impi-impikan dari dulu itu.
Paitun mengaku, dirinya sangat siap untuk berangkat ke Mekkah dan merasa sangat senang, serta tidak menyangka bisa berangkat dengan cepat.
“(Siap berangkat) Sudah siap. Ya senang,” seru Paitun, saat dikonfirmasi di rumah keponakanya yang berada di Dusun Pabrikan, Desa Sukonolo, Kecamatan Bululawang, Kabupaten Malang.
Diketahui, saat ini paitun tinggal sendiri saja di rumahnya namun dirinya juga hidup bersama kedua keponakannya. Kedua putri kakaknya itu tinggal di sebelah persis rumahnya itu, sehingga juga merawatnya.
Keponakan Paitun, Ida Mafluhah mengatakan, keinginan ingin menunaikan ibada haji tersebut, sudah Paitu dambakan sejak dari lama. Dirinya dan adiknya lah yang mengurus pendaftaran dan kelengkapan persyarakat untuk keberangkatan bibi mereka itu.
“(Naik Haji) Keinginan sendiri, sudah lama ingin naik haji. Kalau mau haji ya (kami) daftar,” terang Ida.
Ida menjelaskan, saat dirinya mendaftarakannya dulu, biaya yang dikeluarkan kurang lebih mencapai Rp25-26 juta, namun kini bertambah sekiatar Rp60 juta.
Baca juga: Kisah Pemuda Jalan Kaki 804 Kilometer Demi Galang Dana
Dikatakan Ida, untuk mendaftarakan Paitun sebagai calon jemaah haji, Paitun harus merelakan tanah warisan bagian ya untuk dijual. Agar cita-cita yang dirinya dambakan tersebut segera tercapai.
“Dulu kan kepengen, terus punya sedikit (tanah warisan) jadi dijual. Kemudian dibuat daftar, sisanya ditabung untuk nanti berangkat,” terangnya.
Ia juga mengaku, tudak menyangka jika Paitun akan segera berangkat dengan cepat. Mengingat pendaftaran yang diajukan kurang lebih terdaftar pada tahun 2018 lalu.
“Tiba-tiba berangkat. Baru tahu akhir-akhir ini. Setelah Corona itu orang tua tidak bisa berangkat. November ditelpone KBIH, ternyata Bu Paitun berangkat, tidak menyangka. Baru-baru dikabari. Mungkin prioritas karena usia,” bebernya.
Menurut Ida, Paitun adalah wanita tua yang kuat. Keseharian bibinya itu sebagaimana warga desa umumnya sering mencari kayu di kebun serta terbiasa berjalan kali jauh. Meskipun usianya sudah tergolong tua, Paitun akan merasa jenuh jika tidak melakukan aktivitas seperti biasanya.
“(Terbiasa jalan?) Iya, sudah biasa. Ke tegalan (kebun) juga dekat, jadi jalan. Fisik insyaallah kuat,” tuturnya.
Dirinya mengaku, tidaklah tega melepaskan Paitu pergi ke Tanah Suci sendirian. Namun mereka yakin, bibinya itu akan pergi dan pulang dengan selamat.
“Sebenarnya kami berat melepaskan sendiri, tapi juga senang, tapi juga bingung. Apalagi orang tua tidak bisa tulis dan baca. Keluarga bingung, tapi orangnya pengen berangkat. Lillahita’ala,” terang Ida. (wul/ono)