Malang, SERU.co.id – Sebagai mahasiswi Institut Teknologi Nasional (ITN) Malang, dara kelahiran Malang, Clarinta Ega Divanie juga sebagai penyanyi profesional berotak cerdas. Arin, sapaannya, menyabet lulusan terbaik Prodi Wilayah dan Kota (PWK) ITN Malang pada wisuda ke-71 periode I tahun 2024, dalam waktu 3,5 tahun dengan IPK 3,70.
Mahasiswi lulusan Prodi PWK, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan (FTSP), Institut Teknologi Nasional Malang (ITN Malang) pandai mengatur waktu. Arin yang sekarang tinggal di Kabupaten Bekasi, Jawa Barat ini mengaku, meski menerima job bernyanyi, namun tidak membuatnya melupakan studi.
“Cita-cita dulu ingin jadi penyanyi, tapi sekarang menemukan passion baru. Mungkin jadi konsultan perencanaan yang terus bernyanyi dan bermain bermusik,” seru Arin, usai mempersembahkan lagu ‘Doa Seorang Anak’ untuk kedua orangtuanya, dalam wisuda di Ballroom Hotel Grand Mercure, Sabtu (20/4/2024).
Baca juga: Bung Edi Ingatkan Pentingnya Program Urban Farming di Tengah Kenaikan Harga Bahan Pokok
Diungkapkan penyanyi yang sejak kecil menyabet beragam juara lomba menyanyi ini, dirinya pernah dua kali ikut program acara TV The Voice Indonesia. Arin masuk 20 besar The Voice Indonesia Kids pada 2016, dan puncak karirnya masuk 16 besar The Voice Indonesia pada 2018. Saat kuliah, ia sempat ikut kompetisi dan juara 1 Kategori Dewasa Genre Pop Trans Singing Competition (TSC) 2022 Kota Malang.
“Alhamdulillah, dari perjalanan menjadi penyanyi profesional di banyak acara, beberapa kota selain Malang Raya pernah saya kunjungi. Seperti Probolinggo, Madura, Pasuruan, Surabaya, Jombang, serta pernah pula ke NTT. Jadi bisa sambil jalan-jalan,” ungkap Arin, penyuka lagu Agnez Mo, dan Beyonce, yang memiliki bakat bernyanyi sejak usia dua tahun.
Disinggung alasan memilih Perencanaan Wilayah dan Kota (PWK) atau dikenal istilah Planologi di ITN Malang. Arin menyebut, prodi tersebut mempelajari perencanaan wilayah dan kota, menyusun rencana tata ruang dan wilayah. Sekaligus mengevaluasi berbagai kebijakan dan programnya, termasuk mempertimbangkan aspek sosial, ekonomi dan politik.
Terkait tugas skripsinya, Arin mengangkat judul “Implementasi Urban Farming Terhadap City Branding Kota Batu dalam Kegiatan Budidaya Apel di Kecamatan Junrejo”. Alasannya, kesan buah apel yang sejak lama melekat pada branding Kota Batu, kini semakin memudar.
“Branding Kota Batu sebagai Kota Apel beberapa tahun terakhir mulai turun. Maka saya mencoba menyusun strategi urban farming apel yang belum pernah diluncurkan di Kota Batu, khususnya Kecamatan Junrejo,” terangnya.
Hal ini dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain: semakin menyusutnya produksi dan kualitas apel; tumbuh dan berkembangnya obyek wisata baru; serta berkurangnya lahan pertanian yang berdampak pada kenaikan suhu.
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode campuran, yakni observasi, wawancara, dan kuesioner untuk mendapatkan data yang diperlukan. Data-data tersebut diolah dengan analisis deskriptif kualitatif untuk mengetahui potensi dan permasalahan urban farming, serta merumuskan konsep pelaksanaan urban farming.
Selain itu, menggunakan analisis AHP (Analytical Hierarchy Process) untuk mengidentifikasi bentuk pelaksanaan program urban farming. Utamanya city branding Kota Batu pada kegiatan budidaya apel di Kecamatan Junrejo.
“Apel cocoknya ditanam di negara beriklim subtropis. Dulu apel cocok ditanam di Kota Batu dengan iklimnya yang dingin, namun sekarang tidak produktif ditanam. Tapi masih bisa diusahakan dengan cara penanamannya yang butuh effort harus lebih besar,” lanjut putri pasangan Gatot Widodo dan Endah Rosdalina ini.
Baca juga: Peringati Hari Pangan Sedunia, Dispangtan Kota Malang Gelar Gebyar Urban Farming
Dari hasil penelitian menunjukkan, ada beberapa hal yang perlu diprioritaskan dalam penerapan urban farming menuju city branding Kota Batu. Antara lain: kerja sama dengan melibatkan pihak swasta dalam pengelolaan bangunan atau elemen arsitektur dan pemberitaan media terkait pemanfaatannya; serta penggunaan teknologi pertanian dilakukan oleh pelaku urban farming, baik masyarakat maupun lembaga pertanian.
“Setelah tersusun arahan urban farming, kemudian dikolaborasikan dengan city branding untuk membangun kesan apel sebagai city branding. Semua hal itu harus diupayakan untuk meningkatkan citra budidaya apel sebagai icon Kota Batu melalui urban farming,” tandas mahasiswi yang dibimbing oleh Ardiyanto Maksimilianus Gai ST MSc dan Arief Setiyawan ST MT. (rhd)