Malang, SERU.co.id – Awali tahun 2024, Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) tambah dua Guru Besar bidang Sosiologi yang dikukuhkan di GKB IV Lt 9, Sabtu (6/1/2024). Keduanya adalah Prof Dr Wahyudi MSi dan dan Prof Dr Dra Vina Salvina Darvina Soedarwo MSi.
Rektor UMM diwakili Wakil Rektor I Prof Dr Syamsul Arifin MSi mengatakan, saat ini UMM telah memiliki lebih dari 50 Guru Besar. Hal ini menjadikan UMM menjadi kampus Muhammadiyah dengan profesor terbanyak di Indonesia.

“Selamat untuk kedua Guru Besar yang sudah dikukuhkan. Dilihat dari substansi akademiknya, keduanya layak disebut Ustadz dan Ustadzah. Satu berfokus pada sosiologi politik perempuan dan lainnya sosiologi gerakan sosial,” seru Syamsul.
Baca juga: Busyro Muqoddas: Muhammadiyah Bukan Lembaga Politik, Tapi Tak Anti Parpol
Prof Dr Wahyudi MSi dikukuhkan sebagai Guru Besar bidang Sosiologi. Wahyudi mengkaji kontribusi pranata sosial kelas menengah dalam proses produksi kesadaran profetik aktor gerakan sosial untuk kedaulatan rakyat.
“Kita harus sadar, keterjajahan, kemiskinan, intoleransi, pelanggaran HAM, dan kerusakan alam merupakan masalah kita semua. Oleh sebab itu, secara bersama kita perlu bertanggungjawab sesuai ruang gerak sosial yang dimiliki,” ungkap Wahyudi.
Baca juga: Revitalisasi Ijen Boulevard Bakal Jadi Ikon Pendidikan Kota Malang
Lebih lanjut, masyarakat tidak bisa bergantung pada belas kasihan kelas atas. Tidak bisa juga menunggu inisiatif kelas bawah. Sejarah sosial Indonesia sudah membuktikan, keberadaan aktor sosial kelas menengah sangat fungsional membantu gerakan sosial.
Di sisi lain, Prof Dr Dra Vina Salvina Darvina Soedarwo MSi mengkaji model pendidikan politik partisipatif integratif plus bagi generasi emas. Penelitian tersebut sebagai formula untuk politisi perempuan dalam membangun kualitas keluarga Indonesia.
Baca juga: UM Kukuhkan Lima Guru Besar dari Lintas Keilmuan
“Sudah hampir empat dasa warsa, perbincangan peran perempuan di ranah domestik dan publik masih abu-abu. Laki-laki/suami sebagai pemimpin, pencari nafkah dan pengambil keputusan. Sementara perempuan/istri melekat fungsi melahirkan dan membesarkan anak,” ucap Vina saat orasi ilmiahnya.
Laki-laki dan perempuan perlu memiliki kesadaran dan sikap tentang memberi ruang kepada perempuan. Baik secara ekonomi, sosial dan politik. Tujuannya, keluarga berkualitas tinggi berkontribusi seperti target pemerintah. (ws10/rhd)