Malang, SERU.co.id – Hidup di tengah perkembangan zaman yang serba instan dan mudah, tak jarang membuat masyarakat modern menyukai rebahan. Apalagi hadirnya gadget mampu meminimalisir aktivitas fisik seseorang, hingga munculnya istilah kaum rebahan. Padahal bahaya mengintai kaum rebahan pada kondisi kesehatannya yang menyebabkan obesitas hingga kelainan jantung.
Dosen Fakultas Ilmu Kesehatan (Fikes) Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Dr Yoyok Bekti Prasetyo MKep SpKom menyampaikan, meski terasa nyaman dilakukan, kebiasaan rebahan ternyata memiliki dampak buruk. Dimana dapat menyebabkan obesitas hingga kelainan jantung.
Baca juga: Awas! Kemenkes Sebut 1 dari 5 Wanita Akan Obesitas di 2030
“Masalah rebahan dan dampaknya yang bahaya ini sudah menjadi isu keperawatan komunitas. Oleh karena itu, jangan sampai kita abai dengannya,” seru Yoyok, sapaan akrabnya.
Menurutnya, seringkali masyarakat mengabaikan sakit yang bersifat sementara akibat terlalu lama dalam posisi tertentu saat rebahan. Padahal tanpa mereka sadari, hal itu sangat berbahaya bagi kesehatan. Hal ini bahkan dapat menjadi pemicu hadirnya berbagai penyakit kronik di kemudian hari.
“Beberapa contoh diantaranya adalah nyeri pada otot dan sendi, penyakit jantung, gagal ginjal, stroke, kanker dan yang tak kalah berbahaya adalah obesitas,” beber Yoyok.
Selain rebahan, tidur dengan kurun waktu yang tidak wajar atau terlalu lama juga bisa menjadi salah satu pemicu kenaikan berat badan yang signifikan. Hal ini juga berpotensi meningkatkan kadar gula dalam darah atau diabetes semakin tinggi.
Baca juga: Fajri Pemuda Obesitas 300 Kilogram Meninggal Dunia di RSCM
“Saat posisi rebahan, ada bagian tubuh yang mengalami tekanan besar. Hal ini juga dapat mengakibatkan terjadinya perubahan bentuk tulang, pergeseran tulang, patah tulang hingga kelainan tulang seperti scoliosis, kifosis, dan lordosis,” ujar Dekan Fikes UMM tersebut.
Tak hanya saat rebahan, saat bangun dari posisi rebahan, seseorang juga berpotensi merasakan pusing. Ini diakibatkan oleh tekanan darah yang berubah secara cepat atau sering disebut hipotensi ortotastik. Kondisi ini terjadi berkat tekanan darah rendah, karena posisi tubuh berubah secara cepat.
Baca juga: Pengumuman! Minuman Manis Akan Kena Pajak Mulai 2024
Hipotensi ortostatik umumnya merupakan gejala dari penyakit tertentu, seperti gangguan jantung dan penyakit pada syaraf. Karenanya, Yoyok berpesan agar masyarakat khususnya anak muda, menghindari kebiasaan ini dan meningkatkan aktivitas fisiknya.
“Jangan rebahan dalam kurun waktu yang lama. Biasakan diri melakukan kegiatan fisik, seperti berjalan dan olahraga tipis setiap harinya. Hindari juga makanan siap saji dan terapkan pola hidup sehat, agar kualitas hidup juga menjadi lebih baik,” pungkasnya. (rhd)