Malang Graffiti Movement: Grafiti Tidak Selalu Tentang Vandalisme

Personel Malang Graffiti Movement mulai mewarnai Extreme Park Merjosari. (Seru.co.id/ws10) - Malang Graffiti Movement: Grafiti Tidak Selalu Tentang Vandalisme
Personel Malang Graffiti Movement mulai mewarnai Extreme Park Merjosari. (Seru.co.id/ws10)

Malang, SERU.co.id – Komunitas Malang Graffiti Movement (MGM) mulai mewarnai Extreme Park Taman Merjosari. Kegiatan tersebut upaya menghilangkan stigma negatif pada seni Grafiti. Juga mendukung suksesnya MLG NUHAT URAB Volume 2, oleh Malang Street Culture akhir tahun nanti.

Penggiat Grafiti dan anggota komunitas MGM, Anggis Fairuz mengatakan, kegiatan pewarnaan ini bentuk dukungan dan inisiatif antar komunitas. Tujuannya agar kolaborasi dan kerja sama terus terjalin.

“Total ada 10 gambar dan dikerjakan 20 orang. Warna biru, orange dan merah sebagai bentuk netralitas. Desain bunga sebagai identitas Kota Malang. Mulai dikerjakan dari Jumat sampai hari Minggu malam (15-17/12/2023),” seru Anggis.

Baca juga: Mbois, Pesan Moral Grafiti Warnai Jembatan Kedungkandang

Anggis mengaku, pewarnaan ini bersumber dari biaya sendiri, khususnya teman-teman MSC dengan berjualan kaos. Nominalnya sekitar Rp4-5 juta.

“Kita inisiatif mewarnai markas MSC. Kan 31 Desember nanti akan ada acara kumpul dan battle BMX, grafiti, skate dan breakin. Jadi perlu dipercantik,” ungkapnya.

Extreme Park dicat menyambut MLG NUHAT URAB Volume 2 pada 31 Desember nanti. (Seru.co.id/ws10) - Malang Graffiti Movement: Grafiti Tidak Selalu Tentang Vandalisme
Extreme Park dicat menyambut MLG NUHAT URAB Volume 2 pada 31 Desember nanti. (Seru.co.id/ws10)

Lebih lanjut, Anggis bercerita, komunitas MGM sudah lama aktif. Namun baru dibentuk sebagai wadah pada 2019. Agar tidak surut, tidak berpencar dan lebih kolektif, maka dibentuklah MGM. Total anggota 20-30 orang dari mahasiswa dan pemuda Malang Raya.

“Tanggapan masyarakat sekitar sangat positif. Bahkan beberapa meminta kontak dan menawarkan kerja sama. Harapannya membuat grafiti tidak lagi dianggap sebagai vandalisme. Khususnya kasus vandalisme pada ambulans beberapa waktu lalu,” ungkapnya.

Baca juga: Pelaku Vandalisme Hujat Wali Kota Malang Dilaporkan

Kemudian, Anggis mengatakan, teman-teman komunitas biasanya kumpul di toko. Berdiskusi tentang teknik, tools, pameran dan info spot. Tidak lupa diberi tahu aturan-aturan boleh menggambar di mana.

“Grafiti sudah mulai diterima di galeri. Tapi masih banyak teman-teman yang beranggapan, grafiti seharusnya tetap di jalan. Padahal, ikut pameran di galeri bisa dikoleksi dan dijual,” tutupnya. (ws10/mzm)

disclaimer

Pos terkait