Gelar Semsina dan Seniati, ITN Malang Jawab Tantangan Pembangunan Berkelanjutan

Gelar Semsina dan Seniati, ITN Malang Jawab Tantangan Pembangunan Berkelanjutan
Peserta daring Semsina dan Seniati 2023 oleh ITN Malang. (ws10)

Malang, SERU.co.id – Menjawab tantangan pembangunan berkelanjutan, Institut Teknologi Nasional (ITN) Malang menggelar seminar nasional secara daring. Seminar Nasional Teknik Sipil dan Perencanaan (Semsina) oleh Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan (FTSP) dan Seminar Nasional Inovasi dan Aplikasi Teknologi di Industri (Seniati) oleh Fakultas Teknologi Industri (FTI), Sabtu (9/12/2023).

Ketua panitia seminar, Dr Maria Christina Endarwati ST MIUEM mengatakan, kegiatan seminar ini merupakan acara tahunan dengan tema berbeda. Tahun ini bertema ‘Sinergitas Era Digital 5.0 dalam Pembangunan Teknologi Hijau Berkelanjutan’. Tujuannya, mensinergikan teknologi dengan pembangunan di semua lini.

Bacaan Lainnya

“Total peserta ada 132 dari berbagai pulau di Indonesia. Kami harap kegiatan seminar ini menebar banyak manfaat bagi masyarakat, khususnya pembangunan hijau berkelanjutan di Indonesia,” seru Wakil Rektor Bidang III ITN Malang, Dr Hardianto ST MT.

Wakil Gubernur Jawa Timur, Dr H Emil Elestianto Dardak BBus MSc turut menyampaikan sekapur sirihnya. Emil menilai, seminar ini sebagai upaya bermanfaat dan perlu digaungkan. Pengembangan teknologi dan pembangunan berwawasan hijau harus dikembangkan, meskipun banyak tantangan menanti, tapi dapat menjadi solusi lowongan kerja.

Gelar Semsina dan Seniati, ITN Malang Jawab Tantangan Pembangunan Berkelanjutan
Wakil Gubernur dalam seminar nasional ITN 2023. (ws10)

Kegiatan seminar diisi pemaparan materi oleh tiga pembicara utama (keynote speaker). Ketiganya, Muhammad Yusef Tiansyah SE MMT (pejabat fungsional/Perekayasa Madya di UPT Hujan Buatan BPPT (sekarang menjadi BRIN), Satriyo Krido Wahono PhD (Head of Processing National Research and Innovation Agency Republic of Indonesia/PRTPP-BRIN) dan Dr Ir Agustina Nurul Hidayati MT (dosen ITN Malang).

Melalui penelitiannya, Muhammad Yusef Tiansyah SE MMT mengusung, kontribusi Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) sektor listrik dan air minum. Serta mendukung produksi energi terbarukan.

Baca juga: Hadiri Wisuda ke-70 ITN, Pj Wali Kota Malang Sampaikan Ini

“TMC merupakan teknologi murah. Dua banding sepuluh dengan penyemaian hujan buatan memakai pesawat. Kemudian dapat menambah curah hujan sebesar 20 hingga 30 persen,” ungkap Yusef.

Yusef menjelaskan, potensi hydropower di Indonesia mencapai 75,670MW dan mini atau mikropower mencapai 770MW. Tapi baru dimanfaatkan sebanyak 6 persen saja.

“Air hasil TMC untuk PLTA, air PDAM, air kebutuhan industri dan pertanian, terbukti berkontribusi terhadap PDRB Kabupaten Purwakarta sebesar 93,12 persen, tutup Yusef.

Baca juga: Tujuh Mahasiswa ITN Malang Jadi Lulusan Terbaik

Sementara Satriyo Krido Wahono PhD mengusung, adaptasi dalam menghadapi industri 4.0 dan society 5.0. Fokus utama revolusi industri 4.0, shorten time to market, increase flexibility dan boost inefficiency. Sementara era society 5.0 penolakan terhadap industri, yakni manusia sebagai pusat teknologi.

“Saat ini, berbagai macam kebutuhan manusia telah didukung internet dan dunia digital sebagai wahana interaksi dan transaksi. Tantangan Indonesia pun ada pada tenaga kerja berkualitas dan terampil,” ungkap Satriyo.

Satriyo juga menjabarkan, pekerja saat ini diharapkan memiliki skil abad 21. Di antaranya cara berpikir, bekerja, sarana bekerja dan cara hidup.

Baca juga: Begini Pesan Pj Wali Kota Malang ke Alumni Teknik Kimia ITN Malang

Terakhir, Dr Ir Agustina Nurul Hidayati MT mengusung, tranformasi ekonomi-infrastruktur berkelanjutan menuju Indonesia emas 2045. Ekonomi Indonesia pasca Covid-19 dianggap alarm pentingnya transformasi ekonomi.

“Untuk mempercepat transformasinya, beberapa hal bisa kita lakukan. Investasi dan perdagangan luar negeri, industri dan pariwisata, ekonomi maritim, ketahanan pangan dan ekonomi sirkular,” terang Dosen ITN Malang.

Lebih lanjut, Agustina mencontohkan, peta jalan transformasi ekonomi Bali Kerthi, mencakup tiga aspek utama, yaitu alam, Krama dan kebudayaan Bali. Kemudian Agustina menutup dengan memberi contoh Best Practice pengelolaan SDA di Balai Besar Wilayah Sungai Brantas, Tugu Tirta dan PT. Jasa Tirta 1. (adv/ws10/rhd)

disclaimer

Pos terkait