Pedagang Keluhkan Revitalisasi Pasar Buku Wilis Molor Tak Sesuai Target

Pedagang Keluhkan Revitalisasi Pasar Buku Wilis Molor Tak Sesuai Target
Revitalisasi pasar buku Wilis molor tak kunjung rampung (foto: ws10)

Malang, SERU.co.id – Revitalisasi Pasar Buku Wilis senilai Rp1,5 miliar belum juga rampung, molor dari target akhir November. Terlihat beberapa pedagang masih berjualan di lapak depan pasar, sementara satu dua pedagang mulai menempati kembali tokonya. Sedangkan lainnya memilih tutup.

Salah satu pedagang lapak belakang, Aan (41), mengaku cukup kecewa dengan molornya renovasi. Sebab sebentar lagi semester baru, sehingga harapannya pembeli juga merasa nyaman.

Bacaan Lainnya

“Katanya selesai tanggal 29 November. Kalau janji tanggal segitu ya semestinya tanggal itu,” seru Aan, Selasa (5/12/2023).

Dari pantauan SERU.co.id, nampak kondisi lapak terlihat masih ada perbaikan dan pengecatan. Selain bekas semen, triplek dan kayu masih berserakan di sana-sini, khususnya di lapak belakang.

Aan mengungkapkan, masalah atap sudah selesai. Sehingga para pedagang tidak khawatir kalau hujan turun, terlebih musim hujan seperti saat ini.

Baca juga: Revitalisasi Pasar Buku Wilis Bakal Rampung Desember

“Dulu setiap hujan turun pedagang merasa was-was. Sebab buku kalau terkena hujan langsung menguning, bahkan rusak. Pembeli tidak tertarik lagi, sehingga penjual yang rugi,” tambah Aan.

Diakuinya, perbaikan tersebut turut berpengaruh pada daya beli pengunjung. Pembeli jauh berkurang, karena dipikir pelapak masih tutup ketika renovasi. Pun kondisi parkir jadi semakin sempit.

“Alhamdulillahnya, meski banyak lapak tutup. Beberapa pembeli dari mahasiswa masih berdatangan,” ungkapnya.

Baca juga: Jelang Revitalisasi Pasar Buku Wilis, Diskopindag Siapkan Relokasi Pedagang

Lebih lanjut, dirinya tak terlalu banyak berharap dengan menurunnya pembeli. Namun, dirinya juga berharap, pemerintah tidak hanya membangun secara fisik saja, sementara faktor-faktor lainnya juga perlu diperhatikan.

“Sekarang ini kampus mengutamakan referensi dari artikel jurnal. Jadi buku sudah mulai ditinggalkan, apalagi buku sekarang sudah bentuk pdf atau ebook. Ya mungkin pemerintah dapat memberikan solusi lainnya,” tandasnya, sembari tertawa kecil.

Sementara itu, salah satu pengunjung Pasar Buku Wilis, Redin mengaku, tugas kampus masih mengharuskan mencari referensi dari buku. Selain harga buku di Pasar Buku Wilis cukup terjangkau bagi kantong mahasiswa.

“Buat buku bacaan saja. Harganya murah dan masih bisa ditawar,” ungkap Redin. (ws10/rhd)

Pos terkait