Usaha Kuliner Kerupuk Kulit Sapi Mampu Buka Lapangan Kerja dan Raup Keuntungan yang Menggiurkan

Proses perebusan kulit sapi mentah. (ist) - Usaha Kuliner Kerupuk Kulit Sapi Mampu Buka Lapangan Kerja dan Raup Keuntungan yang Menggiurkan
Proses perebusan kulit sapi mentah. (ist)

Malang, SERU.co.id – Meskipun baru merintis usaha produksi kerupuk kulit sapi atau rambak sekitar satu tahunan, Aseptianto Hadi Yuono warga Desa Talangagung, Kecamatan Kepanjen, Kabupaten Malang, bisa meraup penghasilan yang menggiurkan dan membuka lapangan pekerjaan untuk wilayahnya.

Pengusaha kerupuk kulit sapi (Rambak), Aseptianto Hadi Yuono mengatakan, dari usahanya tersebut dia bisa meraup pundi-pundi rupiah hingga puluhan juta.

Bacaan Lainnya

“Sekali kirim bisa 5 kuintal, tergantung permintaan. Kalau pendapatan sekali mengirim bisa mencapai Rp40 juta, itu untuk kerupuk kulit sapi jantan,” seru lelaki yang disapa Asep itu.

Baca juga: Meski Terlihat Menjijikkan, Usaha Cacing Menjanjikan Keuntungan Yang Menggiurkan

Asep juga menceritakan untuk proses pembuatan kerupuk yang banyak digemari lidah banyak orang itu. Untuk mendapatkan bahan baku kerupuk, dirinya mendapatkan dari para penjagal sapi dengan keadaan yang belum bersih. Setelah itu, dirinya dibantu dengan enam karyawannya, kulit-kulit hewan mamalia itu diproses untuk dibersihkan sebelum masuk langkah selanjutnya.

“Pertama kan beli kulit sapi dari jagal masih berbulu, kemudian kita rebus hilangkan bulu dan daging yang masih menempel di kulit,” ucapnya.

Setelah dibersihkan, kemudian mereka memotong kecil-kecil kulit tersebut dan kemudian dijemur dengan memanfaatkan sinar matahari. Kurang lebih proses penjemuran ini akan memakan waktu hingga 3 hari, tergantung dari cuaca.

“Habis itu direbus lalu dipotong kemudian dijemur sampai kering,” terangnya.

Tak berhenti disitu saja, setelah kering merak kemudian melakukan perendaman dengan minyak panas atau tahapan proses pengapuran. Proses perendaman ke minyak panas ini memerlukan waktu kurang lebih enam sampai delapan jam. Hingga, akhirnya kerupuk siap untuk di packing.

“Setelah pelapukan, kerupuk kita kemas ke dalam plastik lalu kita ke kirim sesuai permintaan,” ucapnya.

Dirinya mengaku, sebelum membuka usaha ini Asep sempat belajar di tempat pembuatan kerupuk kulit selama lima tahun. Hingga dirinya mantap untuk membuka sendiri usaha tersebut.

“Awalnya ikut orang, terus belajar tahu caranya buat sendiri. Akhirnya saya buka sendiri di rumah, sekarang berjalan satu tahun,” ucapnya.

Baca juga: Minyak Goreng Langka, Perajin Kerupuk Malang Ini Terpaksa Kecilkan Ukuran

Selain memproduksi kerupuk rambak mentah, dirinya juga memasarkan kerupuk siap goreng itu ke berbagai wilayah. Seperti Jogjakarta hingga ke Jakarta dan beberapa daerah di Malang. Dimana mayoritas sasarannya adalah penjual gudeg dan penjual kerupuk rambak matang.

Dalam satu kali pengiriman dirinya bisa menghabiskan lima kuintal kerupuk rambak mentah. Bahkan dalam waktu satu minggu ia dapat mengirim sebanyak 3 kali.

Untuk kendala Asep menuturkan, dirinya merasa kesulitan mendapatkan bahan baku yakni kulit sapi mentah saat permintaan meningkat. Dikarenakan Asep harus  bersaing dengan para pengrajin kulit sapi untuk mendapatkan bahan baku tersebut,

“Pas Suroan ini permintaan banyak, tapi bahannya agak sulit. Soalnya banyak pesaing dari pengrajin kulit,” ucap Asep.

Sehingga tak jarang, untuk memenuhi permintaan pasar Asep kerap mencari bahan baku pembuatan kerupuk rambak hingga ke daerah tetangga, yakni Blitar.

“Kalau beli pas rebutan gini, harus pintar-pintarnya main harga. Biar dapat kulitnya, soalnya permintaan lagi tinggi-tingginya,” jelasnya. (wul/mzm)

Pos terkait