UB Kukuhkan Empat Guru Besar dari FPIK FEB dan FAPET

Empat guru besar dari FPIK FEB dan FAPET. (foto:ist)

Prof Dr Rofiaty SE MM

Prof Dr Rofiaty SE MM mengatakan, persaingan bisnis telah memasuki era digital dan persaingan global. Kondisi ini menuntut para pelaku bisnis beradaptasi terhadap perubahan lingkungan, baik internal maupun eksternal.

Bacaan Lainnya

“Oleh karena itu, mereka harus memperbarui informasi-informasi, agar mampu menyesuaikan diri terhadap perubahan tersebut,” seru Prof Rofiaty, sapaan akrabnya.

Meski banyak menghadapi tantangan, pelaku usaha harus terus semangat dan berkeinginan tinggi untuk meraih kinerja yang tidak hanya dari segi finansial saja. Melainkan juga kepuasan kerja serta prestige jika telah berhasil.

“Oleh karena itu, pelaku bisnis perlu melakukan terobosan baru, agar tetap survive, berdaya saing tinggi dan berkelanjutan,” imbuhnya.

Salah satu terobosan baru tersebut menggunakan model entrepreneurial flexible orientation. Dimana model entrepreneurial flexible orientation merupakan konsep yang dikembangkan dengan memadukan entrepeneurial orientation, fleksibilitas. Kemudian kemampuan menyesuaikan terhadap perubahan kondisi lingkungan bisnis, dalam mewujudkan agilitas strategi dan inovasi guna meningkatkan kinerja organisasi.

“Entrepreneurial Flexible Orientation digunakan mewujudkan agilitas strategi dan inovasi guna meningkatkan kinerja organisasi,” tandasnya.

Prof Dr Ir Kuswati MS

Prof Dr Ir Kuswati MS mengusung penelitian berjudul: “Pendekatan Model Three in One (MTO) untuk Pengingkatan Produktivitas Sapi Madura.” Menurutnya, pemeliharaan sapi di Madura dibedakan menjadi dua jenis, yakni untuk produksi daging dan pembiakan, serta sapi Sonok dan kerapan untuk pariwisata dan budaya.

“Sebagai sapi kontes yang mengedepankan keindahan bentuk tubuh, harga jual tinggi dan keturunan akan menjadi buruan untuk dijadikan sapi Sonok berikutnya,” ucap Prof Kuswati.

Namun beberapa penelitian menyebutkan, sapi Madura disinyalir terjadi inbreeding atau perkawinan sekerabat, diakibatkan karena tidak ada pemasukan ternak dari luar. Kejadian tersebut akan menurunkan performa sapi Madura. Peningkatan mutu genetik dapat dilakukan dengan teknologi Inseminasi Buatan (IB), namun tingkat keberhasilan masih rendah.

Langkah strategis diperlukan untuk meningkatkan produktivitas, melalui integrasi teknologi dengan Model Three in One (MTO). Model ini merupakan modifikasi dan penerapan dari konsep klasik 3 pilar peternakan yaitu breeding, feeding dan management.

“Model dirancang dengan pendekatan 3 pilar, yaitu integrasi aspek morfometrik dan molekular, reproduksi dan pemetaan potensi pakan dengan menggunakan citra satelit. MTO menjadi langkah strategis dengan harapan dapat meningkatkan produktivitas sapi Madura dalam mengawali terbentuknya klaster sumber bibit dan bakalan dipotong,” bebernya.

Inovasi MTO disinyalir dapat meningkatkan produktivitas sapi Madura secara morfologi untuk meningkatkan performa sapi layak bibit. Secara molekular dapat dipilih sapi-sapi yang berpotensi pertumbuhan lebih baik, peningkatan tingkat kebuntingan ternak yang didukung dengan akses pakan sesuai potensi wilayah.

Pos terkait