Masih Ada Perburuan Liar di Kabupaten Malang, Meskipun Mengalami Penurunan

Kegiatan patroli di hutan oleh Founder Profauna Indonesia. (ist) - Masih Ada Perburuan Liar di Kabupaten Malang, Meskipun Mengalami Penurunan
Kegiatan patroli di hutan oleh Founder Profauna Indonesia. (ist)

Malang, SERU.co.id – Meskipun sudah banyak mengalami penurunan, namun perburuan liar di Kabupaten Malang masih ada. Tak hanya merusak ekosistem didalam hutan jujukan para pemburu, aktivitas tersebut juga dapat berpotensi mengakibatkan kebakaran, seperti kebakaran hutan Gunung Arjuno-Weliran yang terjadi beberapa hari terahir itu.

Founder Profauna Indonesia, Rosek Nursahid mengatakan, atktivitas pemburuan liar di Kabupaten Malang, masih terjadi meskipun jumlahnya tak sebanyak seperti tiga tahun belakangan.

Bacaan Lainnya

“Memang perburuan satwa liar di Malang Raya masih terjadi, walaupun sudah kami katakan menurun 80 persen dibanding 3 tahun yang lalu,” seru Rosek, Rabu (30/8/2023).

Rosek menuturkan, beberapa potensi negatif bisa terjadi akibat aktifitas para pemburu liar. Seperti halnya rusaknya urutan rantai makanan sehingga populasi tertentu bisa meningkat, lantaran pemangsanya punah diburu manusia. Serta potensi kerusakan hutan juga tinggi, karena aktifitas yang dilakukan pemburu liar.

“Satwa bisa menjadi hama. Misalnya, kalo di ekosistem hutan ada peristiwa rantai dan jarring-jaring makanan. Ekosistemnya sangat berimbang. Satwa A dimakan B, kalau jenis-jenis satwa tertentu populasinya langka, kan akan meningkat populasi satwa yang lain. Sehingga tidak seimbang,” terangnya.

Dirinya juga tidak menampik, jika dugaan kebakaran hutan yang terjadi di Gunung Arjuno-Welirang tersebut dipicu karena aktifitas dari para pemburu liar.

“Kami duga seperti itu, itu modus lama. Bahkan kebakaran hutan yang saya lupa tahun berapa, itu juga karena ulah pemburu satwa terutama yang rawan, itu Arjuno sisi Pasuruan dan Mojokerto,” paparnya.

“Jadi ada dua penyebab kebakaran. Satu mereka membuat api unggun, karena mereka kan menginap. Kedua yang parah, mereka sengaja membakar supaya satwanya keluar, kemudian mereka menunggu. Itu modus yang sangat parah ya terhadap ekosistem,” jelasnya.

Untuk mengurangi aktifitas para pemburu liar, pihaknya telah melakukan berbagai upaya. Seperti pemasangan spanduk dengan kualitas bagus, sehingga tahan terhadap segala cuaca dan dapat bertahan hingga belasan tahun.

Selain itu, mereka juga memberdayakan para petani hutan lokal untuk menegur jika mendapati adanya aktifitas pemburu liar. Hal tersebut dilakukan lantaran mengingat luasan wilayah yang dimiliki dan anggota yang terbatas.

“Jadi strategi kami karena hutan begitu luas juga personel terbatas kami libatkan masyarakat lokal. Kadang-kadang kami beri reward ke mereka (masyarakat lokal),” terangnya. (wul/ono)

Pos terkait