Malang, SERU.co.id – Politeknik Negeri Malang (Polinema) mengukuhkan guru besar ke-4 dan 5. Yakni Prof Dr Ir Bagus Wahyudi MT, sebagai guru besar bidang Ilmu Konversi Energi dan Pemeliharaan Mesin dari Jurusan Teknik Mesin, sekaligus profesor ke-4 Polinema. Dan Prof Ratih Indri Hapsari ST MT PhD, sebagai guru besar bidang Teknik Pengairan dari Jurusan Teknik Sipil, sekaligus profesor ke-5 Polinema.
Direktur Polinema, Supriatna Adhisuwignjo ST MT menyampaikan, apresiasi dan ucapan selamat kepada kedua guru besar Polinema yang baru dikukuhkan. Lantaran keduanya telah memberikan banyak kontribusi bagi Polinema, khususnya jurusan Teknik Mesin dan Teknik Sipil.
“Kami semua menyambut gembira atas diraihnya jabatan fungsional tertinggi sebagai tenaga pendidik di dunia kampus. Sekaligus salah satu peristiwa penting bidang akademik setelah melalui proses pengusulan dan penilaian jabatan. Di tengah ketat dan banyaknya peraturan dan persyaratan yang terus berubah dan bertambah, serta mutlak harus dipenuhi,” seru Supriatna, sapaan akrabnya, dalam sambutan Rapat Terbuka Senat Akademik Polinema, di Aula Pertamina, Polinema, Selasa (6/6/2023).
Pihaknya mengajak semua komponen Polinema memotivasi dan mengarahkan para tenaga pendidik ke jenjang karier paling tinggi. Mengingat keberadaan Guru Besar disamping bermanfaat bagi institusi, juga bermanfaat bagi jurusan, program studi dan mahasiswa.
“Saya berharap bagi yang sudah memperoleh gelar doktor agar segera berusaha meraih guru besar. Dengan bertambahnya guru besar meningkatkan daya saing Polinema terhadap perguruan tinggi yang ada di Indonesia, bahkan perguruan tinggi dunia. Berimplementasi sebagai sarana membuka program studi yang memperkuat kapasitas internal dengan membuka program pendidikan ke jenjang Doktor Terapan,” imbuhnya.
Sebagai informasi, Polinema memiliki 95 orang tenaga pendidik yang telah menyelesaikan pendidikan jenjang S3 dengan jabatan Lektor Kepala. Dan tujuh dosen di antaranya sedang mengikuti proses persiapan pengajuan Guru Besar.
“Selain 5 dosen yang bergelar Profesor, saat ini Polinema sedang mengusulkan 7 orang dosen untuk meraih gelar guru besar. Mudah-mudahan tahun ini bisa terealisasi semuanya,” tandasnya.
Dalam pidato pengukuhannya, Prof Dr Ir Bagus Wahyudi MT menjelaskan, alasan mengapa dirinya memilih konversi energi dan pemeliharaan mesin. Lantaran ketergantungan dunia pada konsumsi bahan bakar fosil, termasuk volatilitas harga dan sumber daya yang ditimbulkannya, telah menjadi fokus yang tajam.
Prof Bagus mencontohkan dampak perang Rusia vs Ukraina, telah merubah pola konsumsi energi fosil beralih ke energi terbarukan (renewable energy). Sehingga memberikan ruang dan kesempatan bagi para ilmuwan untuk melakukan riset dalam bidang konversi energi.
“Berbekal pengalaman penelitian dosen Polinema yang telah berhasil membangun E-Bike Sharing (pengisian ulang baterai sepeda listrik BMX) di halaman parkir Gedung Elektro dan Gedung Sipil kampus Polinema. Maka dalam kesempatan ini, saya mengusulkan agar dibangun stasiun pengisian ulang baterai untuk mobil listrik di halaman depan kampus Polinema pinggir Jalan Sukarno Hatta (depan Masjid An-Nur),” bebernya.
Upaya ini sebagai rintisan Teaching Factory pengisian baterai mobil listrik berbasis energi terbarukan. Harapannya, agar Polinema bisa menjadi pelopor dalam bisnis pengisian baterai kendaraan listrik (sepeda motor listrik dan mobil listrik) berbasis energy renewable.
“Bahkan juga bisa mulai merintis untuk memproduksi mobil listrik atau sepeda motor listrik untuk komersialisasi pasar domestic. Sehingga mampu menghasilkan revenue generating bagi PTNBH Polinema di masa mendatang,” tandasnya.
Sementara itu, Prof Ratih Indri Hapsari ST MT PhD mengatakan, apa yang disampaikan merupakan gagasan dan penelitiannya mengenai teknik-teknik observasi. Sekaligus advanced technology dari hydrometeorological observation, dengan teknologi yang dikembangkan berbiaya rendah.
“Agar penelitian-penelitian ini dapat dimanfaatkan oleh pengelola sumber daya air. Dan perguruan tinggi khususnya vokasi, dapat lebih berkontribusi kepada masyarakat, sehingga perlu dilakukan kajian penerimaan publik terhadap teknologi yang dikembangkan,” ungkap wanita yang juga menjabat Pembantu Direktur 4 Polinema ini.
Disebutkannya, survei contingent valuation (Luzar dan Cosse, 1998) dilakukan untuk mendapatkan nilai manfaat yang dari dipasangnya perangkat monitoring tanah longsor. Dengan responden dari penduduk di sekitar lokasi rawan bencana longsor, pemerintah daerah, dan pengelola sumber daya air.
“Dengan memperbandingkan biaya perangkat dengan kuantitas dampak bencana yang dapat diminimalisasi. Maka hasil penelitian ini dapat direkomendasikan untuk menjadi bagian dari sistem peringatan dini longsor,” terangnya.
Diharapkan, kajian-kajian yang telah dituangkan dalam berbagai publikasi ilmiah serta perlindungan kekayaan intelektual ini, dapat menjadi unggulan Polinema.
“Dan berkontribusi terhadap upaya pengurangan risiko bencana dan daya rusak air akibat aktivitas hidrometeorologis di Indonesia,” tandasnya.
Acara pengukuhan ini dilaksanakan bersamaan Orasi Ilmiah rangkaian kegiatan Dies Natalis Polinema ke-41. Tiga orator menyajikan presentasi, di antaranya:
– Dr Dra Esther Hesline Palandi MPd, dengan judul orasi “Strategi Kesopanan dalam Tindak Tutur Bahasa Jepang sebagai Kajian Retorika Modern”.
– Erfan Rohadi ST MEng PhD, dengan judul orasi “Dual band MIMO Antenna for Outdoor W-LAN Applications”
– Nur Indah Riwajanti SE MComm PhD, dengan judul orasi “Peningkatan Literasi Keuangan Syariah pada Generasi Milenial melalui Mobile Learning Application dan Board Game”.
(rhd)