Malang, SERU.co.id – Pemkab Malang, memberikan 1.862 set alat Antropometri Kit bagi seluruh posyandu di Kabupaten Malang, guna mempercepat penekanan angka stunting. Meskipun mengalami penurunan angka penderita stunting, Pemkab Malang tidaklah langsung berbangga diri. Lantaran masih banyak evaluasi yang perlu dilakukan, seperti fokus stunting terbanyak masih terjadi di Kecamatan Pujon.
Bupati Malang, HM Sanusi mengatakan, Kecamatan Pujon masih menjadi fokus utama penekanan angka stunting di Kabupaten Malang. Mengingat daerah tersebut merupakan salah satu wilayah penghasil susu sapi.
“Masih di Pujon (terbanyak), tapi udah turun. Dari dinkes sudah diberikan makanan tambahan,” seru Sanusi, usai mengikuti rapat koordinasi dengan tema Rembuk Stunting, di Rayz Hotel UMM, Dau, Kabupaten Malang, Selasa (6/6/2023).
Sanusi menyebut, berdasarkan prevalensi stunting oleh pihak Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) di Kabupaten Malang, pada tahun 2022 pada angka 23,0 persen. Sementara hasil pengukuran yang dilakukan masyarakat melalui layanan posyandu pada Febuari 2023, prevalensi stunting di Kabupaten Malang berada pada angka 6,7 persen.
Selain itu, Kecamatan Tajinan juga menjadi salah satu percontohan sebagai daerah terbaik dan kompak dalam menangani stunting.
“Jadi untuk percontohan (Kecamatan Tajinan). Karena penanganan stuntingnya masif di sana dan kompak semua masyarakat dan pejabat,” terang Sanusi, kepada wartawan SERU.co.id.
Dirinya mengaku, penanganan stunting di Kabupaten Malang telah dibentuk tim percepatan penanganan stunting. Dimana dalam praktiknya setiap kepala dinas akan memberikan pendampingan tentang penanganan dan pencegahan stunting di setiap kecamatan.
Menurutnya, penanganan balita stunting ini akan dilakukan sejak pra nikah atau calon orang tua dari anak. Sehingga nantinya, jika memiliki buah hati, para orang tua akan dengan siap mengasuh dan memenuhi kebutuhan gizi yang diperlukan.
“Dengan pendidikan tentang gizi untuk ibu yang mau nikah dan mau menghadapi kehamilan. Dan ketika gizinya cukup, saat hamil juga diawasi perkembangan gizinya dengan diukur pergelangan tangan, ada standartnya. Kalau dibawah standart baru dilakukan penambahan makanan tambahan,” ucap Sanusi.
Sanusi mengaku, 1.862 set alat Antropometri Kit yang mereka salurkan guna memfasislitasi penanganan stunting di Kabupaten Malang. Setidaknya memakan anggaran mencapai Rp21 milyar.
“Alat timbang dari Pemkab Malang sebanyak Rp21 miliar,” ucapnya.
Senada dengan Sanusi, Wakil Bupati sekaligus Ketua Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) Kabupaten Malang mengatakan. Kecamatan Pujon merupakan salah satu wilayah fokus penurunan stunting. Mengingat angka stunting di wilayah tersebut cukup tinggi.
“Sementara masih di Pujon, maka kita dorong, seperti kita edukasi apa kita cari,” paparnya.
Sedangkan presentasi penderita stunting di kecamatan penghasil susu sapi perah tersebut selalu menyentuh di atas angka 10 persen.
“Pujon secara detail, ya hampir mendekati yang data yang kita miliki di atas 10 (persen) berapa dari jumlah penduduk tingkat kecamatan,” imbuhnya. (wul/rhd)