Batu, SERU.co.id – Mantra Hujan, sebuah film pendek khas Arek Batu lengkap berlatar panorama Batu tengah digarap sutradara kawakan, Dirmawan Hatta. Memainkan 25 anak asal Kota Batu, film yang bekerjasama dengan Viu aplikasi streaming hiburan melalui program baru ViuShorts!, digarap di kawasan Pura Luhur Giri Arjuna, Dusun Junggo, Desa Tulungrejo, Kecamatan Batu, selama beberapa hari ke depan.
Menceritakan mitos yang belum diketahui banyak orang, memainkan anak-anak muda yang duduk di bangku SMA dalam memilih sendiri tema besar yang akan dikerjakan. “Baru dari situ kita kembangkan ke skenario, tapi tetap mereka yang membuat sendiri. Kita bertiga hanya mendampingi dan mengarahkan. Dalam mengerjakan film, tempat, aktor, hingga pembuatan skrip mereka semua,” ujar Hatta, ketua mentor saat press rilis di lantai 5 Balaikota Among Tani, Selasa (11/2/2020).
Melihat perkembangan perfilman saat ini, Hatta mengatakan kalau Indonesia memiliki potensi yang penting dalam industri perfilman. Posisi Indonesia yang berada di antara dua samudera dan dua benua merupakan lokasi strategis untuk pemasaran.
“Apalagi sekarang Viu sudah mewadahi pelaku film untuk memasarkan hasil kreatifitas pelaku film. Terpenting mitos yang ada di hampir penjuru Indonesia. Hal itu sangat menarik jika diangkat menjadi film pendek dan dipertontonkan ke jutaan penonton yang berada di berbagai macam negara,” ungkapnya.
Senada, SVP Marketing Viu Myra Suraryo menerangkan, program Vui Shorts! digelar di 20 kota dan kabupaten seluruh Indonesia. Kegiatan tersebut juga mendapat dukungan dari Badan Ekonomi Kreatif Indonesia (Berkraf). “Tujuannya untuk memacu semangat anak-anak muda membuat film,” seru Myra.
Pihak Viu telah menyediakan beasiswa penuh bagi yang terpilih. Anak yang terpilih bisa mendapat beasiswa kuliah di Institut Kesenian Jakarta (IKJ). Selama empat tahun kuliah di sana, Viu akan menanggung seluruh biaya kuliah. Bahkan Viu memberikan kesempatan bekerja paruh waktu secara profesional.
“Artinya, penerima beasiswa juga mendapatkan pendapatan dari pekerjaannya. Di perjanjian kami, ketika mereka sudah selesai, harus kembali ke kotanya dan membangun wirausaha perfilman di kotanya,” imbuh Myra.
Myra menambahkan, distribusi film karya anak bangsa susah untuk didistribusikan saat ini. Dengan adanya aplikasiViu, distribusi ke masyarakat bisa semakin mudah. Bahkan, tayangannya bisa disaksikan hingga dunia internasional.
“Kami sebagai pembuat film, kehadiranViu ini tak lagi sekedar angin segar. Hanya dalam hitungan detik, bisa memperlihatkan karya anak bangsa ke dunia internasional. Karya mereka bisa dilihat di 16 negara dan ditontong lebih dari 40 juta penonton,” paparnya.
Myra melihat potensi di Kota Batu tidak kalah dengan potensi di daerah-daerah lainnya. Oleh sebab itu, ia pun berharap program serupa bisa terulang kembali di Kota Batu
Wali Kota Batu Dewanti Rumpoko menyambut baik program Viu Shorts! yang dilaksanakan di Kota Batu. Dunia perfilman adalah aktivitas yang tidak hanya meningkatkan ekonomi, lebih dari itu, dapat mengubah pola pikir orang-orang tentang kota kecil.
Melihat potensi yang begitu luas, Dewanti pun meminta Kepala Dinas Pendidikan Kota Batu Dr Eny Rachyuningsih, untuk bisa memfasilitasi kebutuhan anak-anak usia sekolah dalam upaya membuat film. “Untuk menyebarluaskan karya film anak-anak asli Kota Batu bisa juga lewat sosial media yang saya punya. Karena FB, Instagram dan media sosial yang saya pakai dapat perhatian banyak orang, sehingga berpotensi untuk memperkenalkan produk film karya anak Kota Batu,” harap Bude, sapaan akrabnya.
Menurutnya, Kota Batu memiliki potensi luar biasa, dimana potensi pariwisata didukung dengan keindahan alam. Jika dimasukkan ke Viu, artinya bisa sampai ke dunia internasional. “Itu luar biasa, kita sangat mendukung,” pungkasnya.(rka/rhd)