Perspektif Psikologi Agama Mengenai Peran Spiritual Dalam Kesehatan Mental

Aicha Nur Hidayati - UMM - Perspektif Psikologi Agama Mengenai Peran Spiritual Dalam Kesehatan Mental
Aicha Nur Hidayati
202210410311272
Fakultas Ilmu Kesehatan – Universitas Muhammadiyah Malang
Prodi / jurusan : Farmasi

Kesehatan mental merupakan kondisi terhindarnya seseorang dari keluhan dan gangguan mental baik berupa neurosis maupun psikosis (penyesuaian diri terhadap lingkungan sosial). Orang yang sehat mental akan senantiasa merasa aman dan bahagia dalam kondisi apapun, ia juga akan melakukan intropeksi atas segala hal yang dilakukannya sehingga ia akan mampu mengontrol dan mengendalikan dirinya sendiri. Sedangkan gangguan kesehatan mental secara sederhana dapat diartikan sebagai tiadanya atau kurangnya dalam hal kesehatan mental, dengan ditandai oleh adanya rasa tidak tenang, tidak aman, fungsi mental menurun dan terjadinya perilaku yang tidak tepat atau wajar.

Pada dasarnya hidup merupakan proses adaptasi terhadap semua aspek kehidupan. Manusia diciptakan sebagai makhluk sosial yang saling membutuhkan satu sama lain dalam kehidupannya. Individu yang tidak mampu beradaptasi di dalam lingkungannya kemungkinan besar akan gagal dalam kehidupannya.

Bacaan Lainnya

Jika membahas mengenai gangguan mental. Gangguan mental bisa diartikan sebagai perilaku abnormal atau perilaku yang menyimpang dari norma-norma yang berlaku dimasyarakat, perilaku tersebut baik yang berupa pikiran, perasaan maupun tindakan. stress, depresi dan alkoholik tergolong sebagai gangguan mental karena adanya penyimpangan, hal ini dapat disimpulkan bahwa gangguan mental memiliki titik kunci yaitu menurunnya fungsi mental dan berpengaruhnya pada ketidak wajaran dalam berperilaku ini sesuai dengan Al-Quran : (QS. Al- Baqoroh 2:10) Artinya: “Dalam hati mereka ada penyakit [1] lalu ditambah Allah penyakitnya; dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta”.

Adapun gangguan mental yang dijelaskan oleh A. Scott, yaitu sebagai berikut:

  1. Salah dalam penyesuaian sosial, orang yang mengalami gangguan mental perilakunya bertentangan dengan kelompok dimana dia ada.
  2. Ketidakbahagiaan secara subyektif
  3. Kegagalan beradaptasi dengan lingkungan
  4. Sebagian penderita gangguan mental menerima pengobatan psikiatris di rumah sakit, namun ada Sebagian yang tidak mendapat pengobatan tersebut.

Dalam dunia psikologi, masing-masing manusia mempunyai sifat potensial dan eksploratif dalam berbagai hal. Dengan sifat tersebut manusia dapat mengembangkan kemampuan atau potensi dalam dirinya baik secara psikis maupun fisik. Hal tersebut juga meliputi kesehatan spiritual, emosi, dan kecerdasan intelektual.

Menurut Rifa’i, ia menyatakan bahwasannya peraturan atau aturan adalah suatu tatanan yang tujuan untuk tatanan serta cara hidup suatu masyarakat agar baik dan stabil. Apa yang diungkapkan oleh Rifa’i adalah hal yang sangat penting untuk kita ketahui. Islam adalah agama yang sempurna dengan Al-Qur’an maupun Hadis, serta Ijtihad para ulama terdahulu. Adanya aturan-aturan dan larangan dalam agama Islam adalah hal yang mempunyai dampak bagi kehidupan seorang individu baik itu secara langsung ataupun tidak. Oleh karenanya sangatlah penting bagi setiap orang yang beragama mengetahui tentang peran agama dalam menjaga, merawat atau memelihara jiwa dan sebagai kontrol sosial dalam kehidupan bermasyarakat.

Dilihat dari segi agama, konsep kesehatan mempunyai konsep jangka panjang yang tidak hanya berorientasi pada masa sekarang tapi juga berdampak besar untuk manusia disepanjang hidupnya, terutama perihal kesehatan. Relasi antara agama sebagai keyakinan dan kesehatan jiwa terdapat pada sikap individu dalam berserah berdasar atas kesadaran tentang adanya eksistensi Sang Maha Segalanya yang mengatur kehidupan ini. Menyakini bahwa ada kuasa yang lebih tinggi sehingga seseorang merasa aman, bersikap optimis, dan lebih bisa memaknai hidup dengan baik.

Dengan memperoleh hal-hal baik tesebut, secara mental seseorang akan lebih stabil dalam emosi, dapat bertindak dengan sadar, berpikir jernih dan kehidupannya pun akan cenderung membaik dalam segala aspek. Islam mengajarkan banyak hal tentang pola hidup sehat mulai dari mengkonsumsi makanan, berolahraga, dan berpuasa. Beribadah dengan melaksanakan sholat memberikan dampak yang baik bagi tubuh manusia karena gerakan-gerakan sholat mengandung banyak manfaat bagi tubuh.

Pada awal gerakan shalat yaitu takbiratul ihram dapat mencegah berbagai penyakit pada persendian seperti rematik, membuat oksigen pada tubuh menjadi optimal dan metabolisme tubuh juga optimal. Ruku pada posisi gerakan shalat dapat memberikan manfaat pada tubuh untuk menghindari penyakit pada tulang belakang, melancarkan sirkulasi darah ke jantung dan sistem saraf. I’tidal pada gerakan shalat dapat membantu metabolisme otak dan jantung bekerja secara optimal dan menstimuluskan cabang saraf besar dari bahu ketiak, organ jantung dan paru. Gerakan shalat pada saat sujud dapat membuat sirkulasi darah dari jantung keseluruh tubuh lancar dan pada otak sebagai pusat susunan saraf juga terpenuhi yang sistem saraf tersebut akan berpengaruh terhadap seluruh tubuh.

Mirisnya pada zaman dahulu saat teknologi belum terlalu berkembang dan dikenal oleh khalayak umum secara luas, setiap penyakit yang diderita seseorang seringnya dihubungkan dengan hal-hal berbau mistis, seperti alam gaib. Suatu penyakit akan dikaitkan dengan gangguan makhluk halus, oleh sebab itu banyak masyarakat yang menderita penyakit lebih prefer untuk berobat kepada orang pintar atau sering dikenal dengan sebutan dukun daripada berobat ke seorang tabib yang memiliki pengetahuan lebih dalam dunia kesehatan dan paham akan pola pengobatan yang baik.

Kecenderungan hubungan agama dan kesehatan mental atau psikis seseorang sudah banyak diteliti dari zaman kuno dimana penyakit masih dianggap sebagai intervensi makhluk gaib, hingga zaman modern yan menggunakan alat medis dalam mendiagnosa adanya suatu penyakit. Pada saat ini masyarakat modern memandang kalau penyakit hanya akan terdiagnosis jika muncul gejala-gejala biologis.  Dengan penggunaan alat medis yang canggih bisa mematahkan asumsi pada zaman kuno yang menyatakan bahwa makhluk halus ada hubungannya dengan suatu penyakit dengan membuktikan bahwa itu berasal dari kuman atau virus.

Terapi termasuk usaha mengatasi suatu penyakit atau gejala yang ada dalam diri makhluk hidup. Usaha penanggulangan gangguan kesehatan rohani atau mental sebenarnya bisa dilakukan sejak dini oleh yang bersangkutan. Dengan mencari cara yang tepat untuk menyesuaikan diri dengan memilih norma-norma moral, maka gangguan mental akan terselesaikan. Dalam konteks ini terlihat hubungan agama sebagai terapi kekusutan mental. Sebab, nilai-nilai luhur termuat dalam ajaran agama bagaimanapun dapat digunakan untuk penyesuaian dan pengendalian diri, hingga terhindar dari konflik batin.

Pendekatan terapi keagamaan ini dapat dirujuk dari informasi al-Qur’an sendiri sebagai kitab suci. Sebagaimana pernyataan Allah dalam Q.S. Yunus :57 dan Q.S. Al Isra’:82. Artinya:“Wahai manusia, sesungguhnya telah datang dari Tuhanmu Al-Qur’an yang mengandung pelajaran, penawar bagi penyakit batin (jiwa), tuntunan serta rahmat bagi orang-orang yang beriman.” (Q.S Yunus :57). “Dan kami turunkan Al-Qur’an yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman.” (Q.S Isra’ :82).

Seseorang yang memiliki kontrol emosi dengan baik, bisa bertindak dengan sadar atas dasar pemikiran akalnya, serta memiliki kesehatan mental yang baik bisa membuat seseorang menjalani kehidupan duniawinya dengan baik. Ciri-ciri orang yang memiliki kesehatan mental beberapa diantaranya seperti memiliki batin (attitude) yang positif terhadap dirinya sendiri, memiliki persepsi yang obyektif terhadap realitas yang ada, mampu menyelaraskan kondisi lingkungan dengan diri sendiri, aktualisasi diri, mampu mengadakan integrasi dengan fungsi-fungsi psikis yang ada, mampu berotonom terhadap diri sendiri (mandiri).

Dari penjelasan diatas dapat kita ketahui bahwa agama memiliki peran yang begitu sentral dengan dampak yang dominan atas kesehatan jiwa seseorang. Dengan menjalankan perintah dan menjauhi larangan dalam agama, akan berdampak pada segala aspek kehidupan, termasuk juga akan merasakan kehidupan yang harmonis dan jiwa/rohani yang senantiasa sehat. Orang yang memeluk agama cenderung optimis dan mempunyai pola piker positif dengan factor optimisme tersebut dapat mempengaruhi Kesehatan pada tubuh. Sebab orang yang beragamma lebih merasa bahagia dan bersyukur terhadap hidupnya. Sehingga resiko lebih rendah mengalami gangguan jiwa atau depresi.

Pos terkait