Malang, SERU.co.id – Minimnya minat Sumber Daya Manusia (SDM), khususnya kawula muda, dalam menggeluti produksi dupa lokal di Kecamatan Wagir, Kabupaten Malang. Membuat para pengusaha dupa di kawasan tersebut beralih menggunakan lidi impor dari China, sebagai bahan baku pembuatan dupa.
Salah satu pengusaha dupa di Kecamatan Wagir, Supardi mengatakan, karena pekerjaan yang dilakukan untuk membuat dupa dari lidi lokal tergolong pekerjaan kotor. Sehingga para anak muda, enggan tertarik bekerja di industri tersebut.
“Itu loh mbak bahan kerjanya kotor, kalau yang lokal ini gak mau. Kalau ini kan (lidi China menggunakan mesin), bahannya bersih. Bahannya sama (lidi), tapi cara kerjanya yang tidak sama,” seru Supardi, kepada SERU.co.id.
Supardi menjelaskan, sebelum para pengrajin beralih ke bahan baku dari negara Tirai Bambu tersebut, mereka menggunakan lidi lokal yang biasanya diproduksi secara manual oleh masyarakat setempat. Seiring dengan perkembangan teknologi dan kurangnya SDM yang mau menggarap, mereka akhirnya beralih ke mesin dan menggunakan lidi impor.

Mereka memilih lidi impor, lantaran mesin yang digunakan untuk produksi harus menggunakan lidi khusus yang diproduksi negara penduduk berkulit kuning itu. Sehingga sedikit demi sedikit para pengrajin lidi lokal semakin ditinggalkan.
“Ndak bisa mesinnya itu, kalau lidinya tidak dari China. Lha ini agak njleber (tidak rata) dikit aja, udah gak bisa ke isi bahannya,” jelas lelaki berusia 53 tahun itu.
Supardi mengaku, kurangnya SDM juga membuat 14 rumah produksi atau pabrik dupa dengan metode manual yang menggunakan lidi lokal kini tinggal 3 saja. Dan mayoritas berpindah ke mesin yang mereka beli dari negara Thailand, meski harganya Rp36 juta untuk satu mesin.