Kebingungan Guru terhadap Implementasi Kurikulum Merdeka Belajar 2022?

Kebingungan Guru terhadap Implementasi Kurikulum Merdeka Belajar 2022?
Kebingungan Guru terhadap Implementasi Kurikulum Merdeka Belajar 2022?
Ainur Ahsana
Universitas Negeri Malang

Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, Nadiem Makariem telah meluncurkan kurikulum Merdeka Belajar. Kurikulum ini diluncurkan salah satunya dengan membebaskan guru dalam memilih kurikulum mana yang akan digunakan, tetapi kurikulum merdeka belajar ini wajib dilaksanakan. Dengan adanya kebijakan ini dapat membuat guru-guru bingung akan menggunakan kurikulum yang mana yang baik digunakan antara Kurikulum 2013 atau Kurikulum Merdeka Belajar ini. Lebih dari 2000 sekolah di Indonesia telah menggunakan kurikulum ini. Selain itu, kurikulum ini juga banyak sekali menimbulkan berbagai pro kontra.

Tidak sedikit guru yang merasakan begitu bingungnya pergantian kurikulum dari sebelum pandemi, saat pandemi, dan pasca pandemi ini. Mulai dari Kurikulum 2013, Kurikulum Darurat dan saat ini Kurikulum Merdeka Belajar. Setiap kurikulum pasti memiliki beberapa keunggulan yang dapat kita ketahui. Disini kita akan membahas keunggulan Kurikulum yang baru saja diresmikan yaitu Kurikulum Merdeka Belajar yang menggunakan Project Base Learning atau bisa dikatakan sebagai praktik lapangan. Siswa akan mendapatkan beban pelajaran sebanyak 30% praktik dan sisanya teori.

Bacaan Lainnya

Dampak dari adanya program Merdeka Belajar, siswa didorong untuk lebih merdeka dalam belajar. Di mana sebelum adanya kurikulum Merdeka Belajar kegiatan pembelajaran di Indonesia lebih berpusat pada guru, dan untuk saat ini akan lebih berpusat kepada siswa. Dengan mengajak siswa lebih bebas berpendapat, bertanya, serta menjawab beberapa isu yang terjadi di lapangan. Dengan harapan siswa menjadi lebih aktif didalam kelas sehingga dapat berkurang siswa yang hanya manjadi pendengar yang pasif. Salah satu dampak positif dari adanya kurikulum merdeka belajar ini adalah anak tidak lagi belajar sama dengan yang lainnya, kurikulum ini memberikan ruang terbuka untuk anak mengeksplorasi dan mengekspresikan keinginan minat dia belajar untuk menunjang cita-cita yang mereka inginkan.

Program ini memang bagus jika dilihat dari tujuan yang ingin dicapai, tetapi kita juga harus melihat keadaan dilapangan yang nyata seperti apa. Masih banyak kenyataan diluar sana yang masih kurang ditinjau lagi. Salah satunya adalah kurangnya SDM dan sistem kurikulum yang belum terstruktur. Karena Kurikulum Merdeka ini masih baru, pastinya pihak pemerintah harus melakukan sosialisasi terlebih dahulu dan memerlukan persiapan yang matang. Hal ini bertujuan agar mempunyai sistem yang terstruktur dan sistematis. Dalam proses pembelajaran menggunakan Kurikulum Merdeka, sekolah yang telah menerapkan kurikulum ini akan mendapatkan subsidi untuk pelatihan guru dan buku paket. Tetapi sekolah tersebut harus mendapatkan tugas tambahan untuk menyukseskan program ini.

Sebaiknya, sekolah juga lebih mempersiapkan dengan matang kebijakan untuk menggunakan kurikulum ini, memberi pemahaman serta pelatihan kepada guru-guru dengan baik dan sistematis. Banyak sekali diluar sana, sekolah yang sudah mengecap bahwa sudah siap untuk menerima kurikulum Merdeka Belajar ini tetapi kenyataannya guru-guru didalam sekolah tersebut masih banyak yang bingung, karena dibebaskan memilih kurikulum tetapi sekolah sudah mengklaim menggunakan kurikulum baru, terutama guru-guru senior yang sudah lanjut usia. SDM dari guru-guru yang belum siap karena sistemnya yang masih belum terstuktur inilah yang menjadi satu masalah pro kontra terlaksananya kurikulum baru ini.

Solusi yang mungkin dapat dilakukan adalah dengan meningkatkan kualitas pengetahuan atau kompetensi yang dimiliki guru dalam menerapkan Kurikulum Merdeka. Seperti contohnya menguasai dan menerapkan keterampilan dasar sesuai dengan kebutuhan di era digital seperti Ms. Word, pdf, ppt,exel memiliki email, menulis di media digital, trasformasi administrasi digital, dan lain sebagainya. Guru juga harus memiliki digital literasi yang baik, untuk menunjang skill yang dibutuhkan. Guru sebaiknya juga harus adaptif dengan perubahan. Dengan demikian, guru dapat melaksanakan Kurikulum Merdeka dengan optimal. Guru juga harus bisa menjalin hubungan lebih dekat dengan siswanya agar mengetahui karakteristik dan keahlian dari setiap siswa yang diajarnya.

Pos terkait