Kota Malang, SERU – Mengusung Orasi Ilmiah berjudul “Menguak Pemikiran Al Ghazali: Menjana Pembelajaran Matematika Terkini,” Prof Akhsanul In’am, PhD dikukuhkan sebagai Guru Besar Bidang Ilmu Pendidikan Matematika Universitas Muhammadiyah Malang (UMM). Sekaligus guru besar kedua dari Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) UMM, dan guru besar ke-21 di UMM, yang dikukuhkan di Dome Theatre UMM, Sabtu (28/12/2019).
Dalam penelitiannya, pria kelahiran Kediri, 10 Agustus 2019 ini, berupaya mengubah image matematika yang selama ini dipandang momok menjadi pelajaran yang menyenangkan. Dengan pendekatan ala Imam Al Ghazali, terbentuk pola pemahaman, keterbukaan dan kejujuran antara siswa dan guru. “Jika ada murid bisa atau tidak bisa, guru mengajak agar siswa jujur bahwa dia bisa atau tidak. Sehingga murid yang tidak bisa, bisa segera dibantu. Karena potensi masing-masing siswa pasti berbeda-beda,” seru suami Dra Siti Hajar, MPd, salah seorang guru Matematika di MTsN 1 Kota Malang.
Menurutnya, salah satu pemikiran Imam Al Ghazali, adalah mengelompokkan manusia menjadi empat golongan. Di antaranya, pertama, Rojulun Yadri wa Yadri Annahu Yadri (orang yang tahu, dan dia tahu kalau dirinya tahu). Kelompok ini adalah kelompok manusia yang tahu bahwa dirinya tahu, dan mengetahui tentang pengetahuan dan ilmu yang dimiliki harus dimanfaatkan untuk kepentingan manusia.
Kedua, Rojulun La Yadri wa Yadri Annahu Laa Yadri (orang yang tidak tahu dan mengetahui bahwa ia tidak tahu). Kelompok manusia ini adalah mereka yang menyadari bahwa dia mengetahui ketidaktahuannya dan mau serta mampu mencari cara untuk menghilangkan ketidaktahuannya.
Ketiga, Rojulun Yadri wa Laa Yadri Annahu Yadri (orang yang tahu, tapi dia tidak tahu kalau dirinya tahu). Golongan ini sering dijumpai dalam kehidupan bermasyarakat, bahwa orang ini sebenarnya memiliki potensi atau kemapanan ilmu, akan tetapi tidak menyadari, tidak memahami, sehingga tidak dapat mengoptimalkan pengetahuannya untuk keperluan umat.
Keempat, Rojulun La Yadri wa Laa Yadri Annahu Laa Yadri (orang yang tidak tahu dan tidak mengetahui bahwa ia tidak tahu). Kelompok manusia ini termasuk dalam kategori bonek (bondo nekat).
Disebutkan, kelompok pertama dan kedua merupakan kelompok yang dapat ditingkatkan kualitas hubungan vertikal dan horizontal. Metakognitif memiliki peran sangat penting dalam kegiatan pembelajaran.
“Secara metakognitif, seseorang sadar tentang apa yang diketahui dan yang tidak diketahuinya. Metakognitif merupakan suatu konsep yang banyak dibicarakan, dan secara tidak sadar makna dari metakognitif sudah diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari,” terang bapak 3 anak ini.
In’am menjelaskan, ada 3 hal yang perlu dipahami dalam mengajar, yaitu pertama, peserta didik adalah manusia yang sedang berkembang; kedua, pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan alam; ketiga, penemuan baru terkait dengan konsep perubahan perilaku manusia. Sehingga, seorang peserta didik menyadari dirinya sedang belajar, faham dengan yang dipelajari, sadar apa yang belum diketahuinya, dan berpikir tentang sesuatu.
“Ketiga hal tersebut sebagai landasan bahwa makna mengajar bukan lagi menyampaikan pengetahuan atau memberikan stimulus kepada peserta didik. Lebih luas, belajar dijalankan untuk mengetahui dan menyelaraskan pengetahuan yang dapat diungkapkan kembali pada saatnya dan sesuai dengan yang diterima. Faktor-faktor tersebut sangat berperan terhadap keberhasilan peserta didik dalam melaksanakan kegiatan belajar,” ungkap alumnus S3 Pendidikan Matematika, UPSI Malaysia ini.
Sementara itu, Rektor UMM Dr Fauzan MPd, mengapresiasi perjuangan hampir 2 tahun yang dilakukan In’am. Mengubah image horor matematika menjadi fun, dan mengandung nilai kejujuran merupakan pencapaian yang luar biasa. “Selain berjuang pengajuan guru besar, mengubah image horor matematika menjadi menyenangkan juga merupakan perjuangan. Matematika dikonstruksi menjadi humanis. Smoga upaya-upaya tersebut semakin memberikan manfaat bagi dunia pendidikan,” ungkapnya.
Terkait pencapaian guru besar, Rektor UMM menargetkan akan ada 30 guru besar hingga akhir tahun 2020, dari 21 guru besar yang ada saat ini. Untuk itu, kampus akan mendorong percepatan tersebut, dengan sistem guru besar asuh. Dimana guru besar yang ada, wajib menjadikan doktor sebagai guru besar baru. “Di awal tahun 2020 ini, InsyaAllah nantinya ada 3 guru besar. Dari pertanian, akuntansi, dan manajemen. Kendalanya memang tidak mudah dan butuh pengorbanan tenaga dan waktu. Namun, yang akan dikukuhkan nanti ini, mampu menyelesaikan hanya dalam 3 bulan. Semoga ini bisa menjadi motivasi tersendiri,” tandasnya. (rhd)