Malang, SERU.co.id – Ikatan Jurnalis Televisi Indonesia (IJTI) Korda Malang Raya menggelar kegiatan donor darah dan workshop mitigasi bencana di gedung PMI Kabupaten Malang, Rabu (14/09/2022). Kapolresta Malang Kota, Kombes Pol Budi Hermanto tampak hadir dalam kegiatan tersebut untuk memberikan apresiasi atas kegiatan sosial tersebut.
“Saya mengapresiasi yang diinisiasi oleh rekan-rekan IJTI dalam pelaksanaan donor darah dan workshop mitigasi bencana perlu,” seru Kombes Pol Budi Hermanto.
Buher, nama sapaan Kapolresta Malang Kota tersebut mengatakan, hal tersebut sangat penting menginggat sudah memasuki musim hujan yang mulai tinggi. Selain itu kegiatan tersebut juga dapat mempersatukan elemen untuk menggelar kegiatan sosial secara bersama-sama.
“Nah kegiatan yang dilakukan IJTI ini, bisa mempersatukan TNI, Polri, pemerintah dan para relawan,” terang Buher, kepada SERU.co.id.
Ketua IJTI Korda Malang Raya, M Tiawan juga memaparkan kegiatan Donor darah tersebut digelar guna membantu meringankan beban PMI Kabupaten Malang, terhadap stok darah.
“Donor darah itu, sebenarnya kita melihat bahwa selama pandemi stok darah itu sangat menipis. Namun kebutuhan terus akan berkesinambungan, sehingga IJTI memiliki inisiasi secara kemanusiaan, bagaimana ada sumbangsih kemanusiaan pasca bangkit ini, maka kita gelar donor darah ini,” terang Tiawan.
Selain itu, dirinya juga menekankan untuk workshop mitigasi bencana sebagai hal penting bagi bekal para wartawan saat peliputan bencana.
“Mitigasi bencana itu sebagai modal untuk para jurnalis, ketika berada di satu zona bencana. Karena kerap kali di wilayah Malang Raya ini, banyak bencana ya. Ancaman-ancaman itu ya yang kerap kali kita harus pikirkan, karena selain mencari berita harus jurnalis itu juga paham akan keselamatan mereka,” terang wartawan TV tersebut.
Selain itu komunikasi atau misi antara petugas bencana yang berada di lapangan bisa sejalan. Sehingga meminimalisir kesalah-pahaman di lokasi bencana.
“Jurnalis, sama petugas perencanaan di lapang harus memiliki satu visi yang sama karena sering kali terjadi kesalah-pahaman antara rekan-rekan jurnalis dengan institusi atau lembaga kebencanaan yang ada di lapangan,” tuturnya.
Diharapkan dengan kegiatan tersebut bisa menekan rendah risiko-risiko yang ada di lapangan. Dan dapat meningkatkan kemampuan awak media dalam peliputan di tempat bencana terutama saat melakukan peliputan. (ws6/ono)