“Kami udah melarang untuk nyebrang jalan ya. Jadi kalau mungkin ada yang nyalahin karena makan badan jalan, itu ulah oknum yang sudah ditertibkan pihak kepolisian,” tandasnya.
Sementara penggagas lainnya, Belinda Ameliyah mengungkapkan, masih ada pihak-pihak yang turut mendukung gelaran Kayutangan Street Style. Dirinya juga tak mengambil pusing komentar negatif netizen.
“Banyak yang mendukung kok, ‘kak go ahead’. Meskipun tampilannya orang Malang bermacam-macam, tapi apapun itu mereka banyak yang support,” ucap Belinda.
Lebih lanjut, dirinya mengatakan, kedepan tentu akan dijadikan sebuah kebiasaan bagi warga Kota Malang di Kawasan Kayutangan Heritage tersebut. Selain itu, nantinya akan menyuguhkan fesyen yang berbeda dengan mengangkat tema lokal budaya.
“Kita sebenarnya nggak ada show di zebra cross. Acaranya juga tidak ada konsep, ini nongkrong dengan gaya. Pasti nanti kami akan mengangkat budaya lokal, tunggu aja di acara selanjutnya,” pungkas pegiat fesyen ini.
Sebelumnya, banyak komentar netizen di media sosial. Salah satunya akun Instagram @ferdinanxwild, dalam postingan akun resmi @kayutanganstreetstyle. Dalam komentar tersebut, dirinya menilai aksi ‘Kayutangan Street Style’ dianggap meniru Citayam Fashion Week yang berada di Jakarta.
“MALANG PELOPOR KADIT (tidak, red) PENGEKOR,” seru @ferdinanxwild, lengkap dengan tagar #ANTILATAH.