Malang, SERU.co.id – Permasalahan pencemaran limbah pabrik bahan baku rokok di Dusun Sawun RT04 RW02, Desa Jedong, Kecamatan Wagir, Kabupaten Malang, sampai sekarang masih belum ada solusi.
Kepala Desa Jedong, Wahyudi menjelaskan, akan dilakukan lagi mempertemukan antara pengelola pabrik dan warga, sampai menemukan solusi yang saling menguntungkan kedua belah pihak. Sehingga tidak ada yang menggangu atau terganggu.
“Saya menghargai kedua belah pihak, jadi tetap silakan berkomunikasi, musyawarah sampai ketemu titik temu. Sampai ketemu kesepakatan yang dirasa sama -sama saling menguntungkan, paling tidak yang satu untung tapi tidak merugikan yang lain intinya begitu,” seru Kades tersebut.
Wahyudi juga menjelaskan, kemarin sempat terjadi pertemuan antara kedua belah pihak. Namun masih akan dibuka pertemuan kembali.
“Harapannya ya ini warga hidup tenang hidup damai dalam keadaan seperti biasanya, pengusahanya juga bisa melakukan kegiatannya bekerja seperti biasa,” harap Wahyudi.
Sedangkan di tempat yang terpisah Salah seorang warga, Dames menjelaskan, sejak pabrik tersebut berganti menjadi pabrik rajang cengkeh dan tembakau. Sejumlah warga yang terdapat mengalami batuk-batuk.
“Dulunya pabrik kertas, terus berubah jadi pabrik rokok. Terus diganti menjadi alat penyampur tembakau. Orang yang membuat rokok tidak di sini. Nah, sejak itu, kami tidak kuat dari bau tembakau itu,” terangnya
Selain polusi yang mereka hasilkan, suara bising yang diakibatkan dari alat produksi mereka juga menggangu ketenangan warga. Demes juga mengaku, hingga pukul 20.00 mesin masih terdengar beroperasi.
“Kadang juga solar mesin itu dibuang ke aliran sungai ini. Ya marah kita, wong ini dijadikan tempat mandi sehari-hari,” katanya.
Permasalahan ini sudah dirasakan warga sekitar satu tahun lalu. Warga bahkan sering melakukan dialog dengan pihak pabrik, namun sejauh ini tak ada tanggapan sedikitpun.
“Sudah pernah terjadi pertemuan antara warga dengan pihak pabrik, tapi yang terjadi ya tetap saja, lama-lama gak kuat, bahkan ada beberapa warga sering batuk, karena udara yang terhirup hidung dan tenggorokan panas, dada terasa ampek buat nafas,” ujar Demes.
Merasa tak digubris oleh pihak pabrik, aksi protes itu berlanjut dengan pemasangan tulisan keluhan di spanduk maupun poster. Seperti ‘Dampak Pabrik Mengganggu Ketenangan Warga, Bau dan Bising Ajur Masseh, Sehat Itu Mahal’.Mereka berharap, dengan aksinya ini menjadi perhatian pihak pabrik serta pemerintah terkait.
“Protes ini baru-baru ini kita pasang, karena kita benar-benar tidak kuat dengan baunya. Hampir 24 jam kami menghirup bau itu. Kalau kita terus-terusan begini, bisa mati kami. Kalau mati, siapa yang menafkahi keluarga?,” ucapnya.(ws6/mzm)
baca juga :
- Diduga Peras Kades, Oknum LSM dan PNS Terjaring OTT Polisi
- Puasa Arafah: Sehari Menggugurkan Dosa Dua Tahun
- Pertamina Salurkan 1,5 Juta Tabung LPG di Jawa Timur Jelang Iduladha
- DPRD Kota Malang Soroti Rencana Pembangunan Gedung Parkir Kayutangan dan Nasib Jukir
- Wali Kota Target Kickboxing Kota Malang Raih Delapan Emas di Porprov IX Jatim 2025