Sejarah dan Perkembangan Kopi di Jombang

Kepala Dinas Pertanian Jombang, Much. Rony. (Memo X/wis) - Sejarah dan Perkembangan Kopi di Jombang
Kepala Dinas Pertanian Jombang, Much. Rony. (Memo X/wis)

Jombang, SERU.co.id – Sejarah kopi khususnya jenis excelsa di Kabupaten Jombang dibawa oleh Pemerintah Belanda pada jaman penjajahan, kemudian oleh petani lokal kecamatan Wonosalam dikembangkan hingga saat ini. Perkembangan kopi di Jombang 5 tahun yang lalu belum begitu bangkit, dengan generasi milenial serta petani yang sudah mulai paham dengan adanya pasar kopi, maka perkembangan dari tahun ke tahun pangsa pasar produk Kopi semakin berkembang.

Dinas Pertanian Kabupaten Jombang terus berupaya mendongkrak produksi kopi lokal Kabupaten Jombang yang berada di Wonosalam, dukungan diberikan kepada petani kopi lokal mulai dari hulu hingga hilir sehingga mampu masuk ke Pasar Internasional. Hal ini disampai oleh Kepala Dinas Pertanian Jombang, Much. Rony melalui Kasi Perkebunan Syafriel Yudhi ketika dikonfirmasi oleh sejumlah media dikantornya, Kamis (12/5/2022).

Bacaan Lainnya

Menurutnya, sejarah kopi khususnya jenis excelsa di Jombang dibawa oleh Pemerintah Belanda pada jaman penjajahan, kemudian oleh petani lokal di kembangkan hingga saat ini.

“Sementara itu luas lahan kopi di Kabupaten Jombang mencapai sekitar 1.600 hektar terdiri dari kopi jenis Arabica seluas 96,1 hektar, kopi jenis Robusta seluas 966,9 hektar serta kopi jenis excelsa seluas 537,1 hektar dengan potensi produksi keseluruhan mencapai 959 ton dengan rincian Arabica 43 ton, Robusta 609 ton serta Excelsa 306 ton. Kopi jenis Excelsa memang sedikit sebab penanamannya harus di dataran tinggi sehingga tingkat penanganan hingga  panen cukup susah,” ungkapnya.

Sementara dalam penanganan pemeliharaan pertumbuhan Kopi Kendala yang dihadapi adalah masih dibutuhkannya peremajaan tanaman, sedangkan upaya dari Dinas Pertanian kabupaten Jombang sudah maksimal dalam mengembangkan kopi lokal di Wonosalam khususnya dari jenis Excelsa seperti didukung dengan beberapa bantuan kepada petani di Wonosalam dari tahun 2017 sampai sekarang mulai dari alat gunting pangkas hingga alat pengupas kulit.

“Demi perkembangan kopi di Wonosalam, Kami dari dinas pertanian fasilitasi dari hulu hingga hilir, dari budidaya sampai dengan panen. Akan tetapi menurut kami juga masih kurang untuk mencukupi kebutuhan di Wonosalam, beberapa petani kopi di kecamatan Wonosalam  cukup pintar bisa mengakses sumber pendanaan yang berasal  dari CSR Bank. Hingga tahun 2021 kemarin sudah dibantu berupa alat Grinder (penghalus) , Pulper (pengupas) serta Roasting (penggoreng), jadi fasilitasi kami tidak hanya peremajaan tanaman tahun 2019 dan 2020, ” tuturnya

Dikatakan juga dengan adanya dukungan sumber dana baik dari Pemerintah serta dari CSR, otomatis kopi lokal Wonosalam berkembang serta kualitas kopi juga sudah bagus. Kopi lokal Wonosalam sudah bisa di ekspor sebanyak 12 ton ke negar Malaysia berupa green bean (biji kopi) dari jenis Excelsa Wonosalam, sebelumnya 2 tahun yang lalu juga sudah di kirim contoh kopi berupa bubuk ke Jerman sebanyak 12 Kg. Di karenakan adanya pandemi sehingga tidak ada follow up lagi.

“Dinas Pertanian kabupaten Jombangakan terus membantu budidaya segala macam jenis bibit serta peremajaan, misalkan ada bibit kopi yang mati akan kita ganti dengan bibit baru. Hama yang banyak menyerang kopi adalah busuk buah maka kita akan memberikan obat. Termasuk beberapa petani meminta adanya pelatihan dari segi budidaya hingga pengolahan, karena selama ini hanya bantuan berupa alat. Pelatihan untuk pengolahan sudah kita soundingkan dengan Disperindag, sedangkan untuk segi budidaya kita juga sudah berusaha minta anggaran baik dari Pusat maupun Provinsi sebab anggaran daerah masih terbatas,” terangnya.

Harapan dari Dinas Pertanian Jombang dengan adanya fasilitasi mulai dari budidaya hingga ekspor dapat meningkatkan skala produksi. Kedepannya harus punya bisnis plan, karena sudah terbuka peluang bagus. Dunas Pertanian juga akan menjembatani dalam mencari pasar.

“Sudah ada peluang dari Bangka Belitung dan meminta contoh kopinya, saya juga ingin mengangkat petani melalui UMKM dengan cara membuat brosur serta packaging semenarik mungkin serta  kekinian. Kemasan kopi juga berpengaruh dan kelemahan produk pertanian adalah kemasan. Untuk mempertahankan hal tersebut supaya kopi Excelsa bisa menjadi milik Kabupaten Jombang, Dinas Pertanian sudah berusaha mendaftarkan brand Excelsa Wonosalam ke Kemenkumham dan ini masih dalam proses. Tinggal menunggu masa sanggah selama 3 minggu, jika tidak ada masa sanggah maka dari Kemenkumham akan melakukan pengecekan lalu kita mendapatkan sertifikat indikasi berbasis kopi Excelsa Wonosalam Jombang,” pungkasnya. (wis/mzm)


Baca juga:

disclaimer

Pos terkait