Malang, SERU.co.id – Kelangkaan stok dan tingginya harga minyak goreng (Migor) masih menjadi mimpi buruk bagi sejumlah produsen makanan olahan. Termasuk diantaranya pabrik kerupuk Super Jaya, yang terletak di Jalan Raya Malangsuko, Nomor 27, Desa Malangsuko, Kecamatan Tumpang, Kabupaten Malang.
Pemiliki pabrik kerupuk Super Jaya, H Imam Riadi mengatakan, kondisi carut-marutnya persoalan Migor belum juga mendapatkan solusi. Hal tersebut langsung dialaminya selaku pengusaha industri rumahan.
“Biasanya kalau beli ya refillan (isi ulang), sekarang cuma bisa dapat satu blek dengan harga Rp 250 ribu. Jadi kalau memang terpaksa ya beli yang kemasan itu, dus-dusan yang isinya 12 liter,” seru Imam, Senin (21/3/2022).
Menurutnya, ketersediaan stok pun di pasaran tidak juga mengurangi beban yang sebelumnya mengalami kelangkaan Migor. Harga yang dipasok tinggi oleh para penjual Migor, masih mempengaruhi tingkat produktifitas usahanya.
“Sekarang minyak ada, tapi harga yang terlalu tinggi mempengaruhi produktifitas krupuk. Mau menaikkan harga juga tidak bisa, karena di luar harganya masih segini,” imbuhnya.
Menurut Abah Imam sapaan akrabnya, yang menjadi langkah alternatifnya adalah mengurangi tingkat produksi. Yang sebelumnya satu minggu bisa lima hingga enam hari, sekarang menjadi dua hari saja.
“Sebelumnya, ya kita produksi hampir setiap hari, sekarang kita hanya dua hari saja. Itu langkah satu-satunya, kita juga kasihan kalau merumahkan pekerja itu,” beber Abah Imam.
Dari alternatif tersebut, dirinya menegaskan, jika keuntungan yang ia dapat ikut berkurang. Selain persaingan di pasar yang menurutnya masih ketat, dirinya juga tidak ingin melepas karyawan begitu saja.
“Sebelumnya kita untung lima ribu, sekarang cuma dua ribu saja, itu sudah alhamdulillah. Ya disebabkan persaingan ketat ini, saat ini saya produksi dikit dikit saja, intinya pelanggan tidak lari dan karyawan tidak pergi,” beber Imam.
Atas kondisi yang banyak merugikan berbagai pihak, ia berharap, pemerintah juga dapat segera menyelesaikan. Menurutnya, tidak hanya persoalan Migor saja, melainkan bahan-bahan produksi lainnya juga ikut tinggi, seperti plastik pembungkus.
“Harapannya cepat normal kembali, kasihan orang kecil-kecil seperti ini. Sebelumnya satu liter Rp12 ribu sudah menjerit, sekarang sampai Rp20 ribu ke atas, ya tambah menjerit,” tandas Abah Imam. (ws5/mzm)
Baca juga:
- Target Empat Medali Emas, Wali Kota Malang Motivasi Atlet Basket Hadapi Porprov IX Jatim
- Lansia Dilaporkan Hilang Hanyut di Sungai Metro Ditemukan Selamat di Pakisaji
- Bupati Malang Sebut Munas VI APKASI 2025 Wadah Strategis Kuatkan Pembangunan Nasional
- Ratusan Travel Merugi Miliaran Usai Visa Haji Furoda Tak Kunjung Terbit
- Zia Ulhaq Nilai Putusan MK Soal Sekolah Swasta Gratis Dorong Pemerataan Pendidikan