Malang, SERU.co.id – Bergantinya trend tanaman hias di Kota Malang, termasuk Aglonema menyebabkan sepinya peminat. Hal ini berimbas pada turunnya harga tanaman tersebut, dari Rp400.000 menjadi Rp150.000.
Petani Aglonema, Sugeng menyatakan, penurunan harga Aglonema disebabkan karena bergantinya trend peminat bunga hias. Peminatnya masih ada, namun tidak banyak sehingga stok yang tersedia juga banyak.
“Stoknya banyak jadi harganya turun. Kalau peminat masih ada, tapi tidak sebanyak dulu. Turunnya hampir 50 persen,” seru Sugeng saat dijumpai di kebun bunga miliknya di daerah Sawojajar Kota Malang.
Sementara itu Pemilik stand tanaman hias, di Pasar Bunga Splendid Kota Malang, Ade menjelaskan, terjadinya penurunan harga Aglonema semenjak munculnya varian Omicron Covid-19. Lantaran, harga yang didapat dari petani Aglonema juga turun.
“Harganya turun karena dapatnya dari petani bunga juga turun. Semenjak Omicron sepi, kalau dulu masih banyak peminat,” tambah Ade saat ditemui di sela-sela menawarkan tanaman hiasnya kepada pelanggan.
Walaupun sudah punya langganan pembeli Aglonema, dirinya mengaku juga memanfaatkan media sosial sebagai altenatif menawarkan Aglonema. Walau masih sepi, namun tetap berusaha agar tetap laku.
“Ya ke Medsos, suami yang bantu posting jualan Aglonema. Walau peminat kurang, tapi ada pemasukan sedikit-sedikit,” jelas Ade yang sudah lima belas tahun membuka lapak tanaman hias.
Ditemui di tempat yang sama, Ida, pembeli Aglonema menyampaikan, menyukai Aglonema, selain warna daunnya yang menarik, perawatannya mudah. Tidak perlu disiram setiap hari.
“Warnanya menarik, siraman airnya juga tidak banyak. Mau ditinggal juga tidak kuatir, bisa disiram 5 hari sekali,” tambahnya. (ws4/mzm)
Baca juga:
- Dr Sholikh Al Huda Minta Kejagung Tidak Kendor Usut Kasus Korupsi Pengadaan Chromebook
- Marsma Reza Sastranegara Ngopi Bareng Wartawan Sambil Bahas Sinergi Lanud Abd Saleh dan Media
- DPRD Jatim Dorong Kota Malang Jadi Pilot Project Pelayanan Publik Berbasis Digital
- Gunung Semeru Erupsi, BMKG Pantau Sebaran Abu Vulkanik ke Arah Barat
- Kisah Duka Dosen Asal Madura yang Gugur Menuju Tanah Suci