Akhir Februari, UB Kukuhkan Dua Profesor FEB dan FMIPA

Prof Dr Astrid Puspaningrum, SE, MM, CMA dan Prof Dr Dra Catur Retnaningdyah, MSi.
Prof Dr Astrid Puspaningrum, SE, MM, CMA dan Prof Dr Dra Catur Retnaningdyah, MSi. (rhd)

Malang, SERU.co.id – Usai pengukuhan Profesor di penghujung Januari lalu, kembali Universitas Brawijaya (UB) melakukan Pengukuhan Professor secara daring di penghujung Februari, Sabtu (26/2/2022). Dua profesor yang dikukuhkan, yakni Prof Dr Astrid Puspaningrum, SE, MM, CMA dan Prof Dr Dra Catur Retnaningdyah, MSi.

Prof Dr Astrid Puspaningrum, SE, MM, merupakan profesor aktif ke-20 dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) dan Profesor aktif ke-162 di Universitas Brawijaya (UB). Serta menjadi Profesor ke-287, dari seluruh profesor yang telah dihasilkan UB.

Bacaan Lainnya

Sementara, Prof Dr Dra Catur Retnaningdyah, MSi merupakan profesor aktif ke-26 dari Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) dan Profesor aktif ke-162 di Universitas Brawijaya. Serta menjadi Profesor ke-288, dari seluruh profesor yang telah dihasilkan UB.

“UMKM di Indonesia akan menghadapi ancaman serius yaitu proses deindustrialisasi,” ungkap Prof Astrid, dalam pidato pengukuhan berjudul “Entrepreneurial Creativity Untuk Membangun Keunggulan Bersaing dan Meningkatkan Kinjera Pemasaran.”

Astrid melihat permasalahan terjadi semenjak Asean China Free Trade Area (ACFTA) resmi rilis pada 1 Januari 2010 lalu, khususnya bagi sektor Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) Indonesia.

Menurutnya, ketidakmampuan produk-produk Indonesia bersaing di era ACFTA, akan menyebabkan penutupan unit-unit usaha. Para pelaku UMKM tidak lagi menjadi produsen, melainkan hanya sebagai sales dari barang-barang produksi negara importir lain.

Prof Dr Astrid Puspaningrum, SE, MM, CMA, menyampaikan pidato pengukuhannya.
Prof Dr Astrid Puspaningrum, SE, MM, CMA, menyampaikan pidato pengukuhannya. (rhd)

“Banyaknya produk China yang masuk ke Indonesia, merupakan bukti ketidakmampuan produk-produk Indonesia untuk bersaing di era ACFTA. Maka UMKM di Indonesia perlu membangun daya saing,” imbuh Prof Astrid.

Secara keilmuan, salah satu pendekatan yang dapat diterapkan perusahaan untuk menghadapi berbagai tantangan dan peluang adalah pendekatan yang didasarkan pada Resources-based view (RBV). Melalui RBV organisasi dapat membangun keunggulan bersaing yang berkelanjutan. Dengan pengunaan sumber-sumber daya, berupa finansial, manusia, sarana fisik, dan intangible asset (knowledge).

Disebutkan Astrid, keunggulan entrepreneurial creativity jika dipraktikkan, maka daya saing dapat diraih dan kinerja pemasaran akan meningkat.

“Entrepreneurial Creativity ini model yang dikembangkan dari entrepreneurial creativity dan entrepreneurial networking, sehingga akan menciptakan keunggulan untuk bersaing. Dimana UMKM mampu menghasilkan kinerja pemasaran yang baik sebagai alat untuk mengukur tingkat keberhasilan keseluruhan kinerja yang dilakukan,” beber Astrid.

Prof Dr Dra Catur Retnaningdyah, MSi, menyampaikan pidato pengukuhannya.
Prof Dr Dra Catur Retnaningdyah, MSi, menyampaikan pidato pengukuhannya. (rhd)

Sementara itu, Prof Dr Dra Catur Retnaningdyah, MSi menjelaskan, tentang bagaimana peran vegetasi sebagai tanaman riparian digunakan meningkatkan kualitas air tercemar oleh polutan.

“Peningkatan kualitas air irigasi tercemar bahan organik, pestisida dan pupuk sintetik, dapat dilakukan dengan cara aplikasi model teknologi fitoremediasi sistem kontinyu berupa Riparian Vegetation in Irrigation Ditch (RVID),” papar Prof Catur.

Disebutkannya, RVID ini merupakan komunitas hidromakrofita (tanaman air) lokal yang ditanam. Sebagai vegetasi riparian di tepi saluran irigasi sepanjang minimum 200 meter dengan penutupan maksimum 80 persen.

Hidromakrofita yang ditanam berupa gabungan dari beberapa tipe tanaman air lokal, seperti rumput wligian (scirpus grosus), dlingo (acorus calamus), endog-endogan (typha agustifolia), mendong atau purun tikus (fimbristylis sp), keladi/senthe (colocasia esculenta).

Kemudian pandan (pandanus amaryllifolius), teratai (nymphaea sp.), akar wangi (vetiver zizanoides), genjer (limnocharis flava), paku ekor kuda (equisetumI sp), hydrilla (hydrilla verticilata), semanggi (marsilea crenata) dan kangkung air (Ipomoea aquatica).

“Keunggulan model RVID adalah secara efektif mampu meningkatkan kualitas air irigasi. Tercermin dari kadar oksigen terlarut yang tinggi dan penurunan kadar COD, TSS, Cl2 bebas, ortofosfat, turbiditas, suhu, nilai KMnO4, alkalinitas, BOD, TP, nitrat, konduktivitas, dan TKN,” bebernya.
   
Peningkatan kualitas air juga terlihat dari peningkatan diversitas spesies makroinvertebrata bentos dan perifiton. Mengindikasikan penurunan tingkat bahan toksik di perairan, peningkatan kelimpahan spesies yang bersifat sensitif, serta penurunan nilai beberapa indeks biotik.

“Seperti FBI, TDI dan %PTV sebagai indikator penurunan tingkat pencemaran bahan organik dan nutrisi di perairan,” imbuhnya.

Dengan demikian, air irigasi hasil proses fitoremediasi ini dapat menjamin tersedianya air irigasi dengan kualitas yang baik. Untuk mendukung aktivitas pertanian yang sehat.
   
“Namun, kelemahan teknologi fitoremediasi model RVID ini adalah kesulitan penanaman hidromakrofita. Sebagai vegetasi riparian di saluran irigasi yang sudah dibangun atau dibeton, maka diperlukan tenaga ekstra untuk pemeliharaan supaya penutupan tanaman maksimum 80 persen,” tandasnya Prof Catur. (rhd)


Baca juga:

disclaimer

Pos terkait