Malang, SERU.co.id – Siapa yang tidak mengenal Klenteng di Kota Malang yang kini berusia 197 tahun? Ya, jawabnya Klenteng An Eng Kiong. Menjelang hari Raya Imlek, tokoh di yayasan Klenteng membersihkan altar atau tempat sembahyang dengan meja berukiran.
Wakil Ketua Yayasan Kelenteng Eng An Kiong, Herman Subianto mengungkapkan, ada 18 altar dengan 28 patung dewa-dewa. Pertama Altar utama dibersihkan, para dewa-dewa yang disimbolkan dalam patung tumsing diturunkan semua.
“Selanjutnya membersihkan bersama dan dimandikan dengan air kembang,” seru Herman Subianto, ditemui di dalam Klenteng An Eng Kiong, Rabu (26/1/2022).

Selepas dibersihkan, semua yang telah bersih akan dikembalikan seperti sedia kala. Proses tersebut berlaku pada setiap ruangan satu dengan yang lain, semata menyambut Hari Raya Imlek.
Herman mengaku, menjelang Imlek biasanya sepekan sebelumnya melakukan sembahyang. Tepat perhitungan 24 bulan 12 Imlek pasti melakukan sembahyang terakhir untuk mengantarkan para dewa kembali ke Tuhan Yang Maha Esa.
“Kita namakan Sun Sien. Yaitu menghantarkan para dewa ke tempat Tuhan yang Maha Esa untuk melaporkan insani, perbuatan, dan kebajikannya,” bebernya.
Klenteng An Eng Kiong merupakan tempat ibadah bagi umat Tri Dharma. Dimana, kelenteng tersebut digunakan sebagai tempat ibadah bagi penganut agama Sik (Budha) Ji (Khonghucu) dan Too (Tao).
Sembahyang hari ini diikuti dari kalangan tri dharma, yakni dari Khonghuchu, Tong, dan Budha. Persiapan selanjutnya pada hari Raya Imlek akan dilaksanakan ritual pukul 10.00, sehabis itu pada jam 12.00 diadakan sembahyang ritual lagi kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Ketika sembahyang kepada Tuhan Yang Maha Esa, tidak bisa dilakukan setiap ruangan. Akan tetapi hanya Altar puncak yang bisa digunakan.
“Yang terakhir kita sembahyang Cap Go Meh penutupan tahun baru tanggal 15,” ungkap pria yang juga Wakil Ketua Agama Tri Dharma.
Diketahui, jumlah jemaat yang akan menghadiri ibadah Hari Raya Imlek berjumlah ratusan. Akan tetapi, sistemnya bergantian dari pagi hingga sore hari. Sementara untuk sembahyang awal secara bersama hanya dilakukan oleh 40 tokoh agama tridharma.
“Namanya Tridharma itu kalau sembahyang itu tidak seperti agama lain. Karena itu bisa perorangan datang terus tiap ruangan terus pulang,” pungkasnya. (jaz/rhd)
Baca juga:
- Babinsa Arjosari Bersama Warga Gotong Royong Rehab Pagar Masjid Jami Fathurrohman
- Babinsa Tunjungsekar Monitoring Penggilingan Padi Jaga Kualitas Gabah
- DPKH Kabupaten Malang Lakukan Pemeriksaan Kesehatan Hewan Jelang Kurban
- Kenaikan Isa Almasih Serta Libur Panjang Polres Malang Amankan 67 Gereja dan Lokasi Tempat Keramaian
- Polisi Temukan Pelanggaran Plat Nomor dan Kelalaian Berkendara Kasus Christiano Tarigan