Malang, SERU.co.id – Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) patut berbangga dengan riset yang dilakukan oleh beberapa dosen Fakultas Peternakan. Pasalnya telah membuat produk ‘Pakan Fungsional Khusus Pedet (anak sapi, red)’ dengan diberi nama UMM Profeed.
Rektor UMM Dr Fauzan MPd menjelaskan, kerja keras peneliti merupakan cita-cita kampus yang berada di Jalan Raya Tlogomas No 246 Tlogomas, Kecamatan Lowokwaru, Kota Malang ini. Banyak produk yang sudah dihasilkan menjadi andalan ketika terus dikawal dan dibranding sampai pasar.
“Ini adalah perjalanan akademik yang harus direspon, produk ini belum berakhir. Karena tekad kita dari hulu sampai hilir. Riset adalah output hilir sebagai kebermanfaatan pasar,” ungkap Dr Fauzan.
Selanjutnya, dirinya berpesan, tujuan kuliah esensinya bukan hanya sekadar dapat ijazah, karena itu sudah pasti. Tapi setelah lulus mahasiswa memperoleh kehidupan yang lebih layak.
Sebenarnya bisa dikembangkan menyangkut kepentingan mahasiswa untuk memberikan sumbangsih nyata. Pihaknya juga mengucapkan terima kasih dan selamat kepada Fakultas Peternakan yang sukses melaunching produk olahan pakan ternak pedet.
Sebab, segala ilmu yang diperoleh dan juga pengalaman selama mengenyam pendidikan akan mengantarkan hidup menjadi lebih baik. Terlebih bisa menjadi leader dan problem solving di masyarakat.
“Saya berharap civitas baik dosen maupun mahasiswa terus berimprovisasi dan berinovasi untuk bergerak di bidang riset. Terima kasih dan selamat para periset, dosen mahasiswa yang telah melahirkan produk yang membanggakan,” tutupnya.
Sementara itu, Dekan Fakultas Peternakan, Dr Ir David Hermawan MP IPM mengungkapkan, rasa syukur atas capaian dari salah satu dosen Prodi Peternakan bisa membuat produk dari hasil penelitian. Kedepan akan dipasarkan kepada pemilik ternak pedet.
“Salah satu hal yang disupport produk ini kebetulan dari peternakan ada project dari Kemenristek BRIN. Disetujui dan inilah hasilnya adalah fase kedua hingga bisa dilaunching,” imbuhnya.

Pihaknya juga akan terus berinovasi seperti ada pupuk, dan juga berkaitan ayam petelur. Sebab produksi telur dari Fakultas Peternakan sudah diatas nasional menyentuh angka 50 persen. Target UMM berada di 60 persen dengan 10 persen lebih banyak dari nasional.
“Sehingga yang kita inginkan betul-betul dihasilkan dari karya dosen sendiri, bukan karya orang lain,” tandasnya.
Sedangkan, Direktorat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat, Prof Mochammad Yus Cholily menjelaskan, saat ini sedang menjalankan progam pemerintah Prioritas Riset Nasional (PRN). Salah satu program mendapatkan produk, dulu empat proposal sekarang menjadi enam proposal.
Pihaknya berharap dengan adanya PRN ini, harapannya UMM memiliki produk yg bisa diberikan kepada masyarakat. Misal ada program mendadak, contoh sekarang dikerjakan indikator kinerja penelitian dan pengabdian.
“Kami sangat mendukung, dan menjalankan tugas Tri Dharma Perguruan Tinggi untuk riset. Kita teruskan budaya riset ini,” ungkap Prof Yus Cholily.
Salah satu peneliti utama, Dr Ir Listiari Hendraningsih MP mengungkapkan, produk UMM Feed berasal dari limbah sebagian besar. Seperti contoh produk utamanya skim kadaluarsa, adalah produk-produk pabrik susu. Penelitian dari tahun 2015 dengan mengajak mahasiswa tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan pedet.
“Cari lagi apa ya yang lebih dari itu, ternyata di Malang banyak perumahan yang buat keju. (Limbah) dibuang begitu saja itu yang menjadikan bahan,” ungkap Dr Ir Listiari.

Selanjutnya, banyak protein masih dari susu, lalu pihaknya menambahkan beberapa senyawa aktif, ada ekolin untuk probiotik, dan bahan lainnya untuk membuat produk tersebut.
Dosen Peternakan UMM itu mengaku, beberapa alasan pembuatan produk pakan ternak ini. Di antaranya kalau pedet baru lahir, badannya, pencernaannya, sebetulnya belum siap makan rumput.
Sehingga harus minum susu terlebih dahulu, yang baik sebetulnya adalah susu induknya, hanya pada pedaging kita tidak tahu. Produksi susu induk cukup tidak untuk anaknya, seringkali kita tidak bisa mengukur langsung kalau induknya, perlu ditambahkan, kalau ini terukur.
“Pedet rentan terinfeksi karena dia belum cukup imunnya. Kita pisahkan dengan induknya, kemungkinan terinfeksi transfer peyakit dari induk ke anak kita kurangi,” bebernya.
Ketiga, problem di sapi pedaging jarak antar peranakan panjang, karena mengikuti induknya, induknya lambat dikawinkan. Ketika diambil pedetnya, serta menggantikan dengan kualitas mirip dengan susu, maka satu sisi pedet akan tumbuh dengan baik.
Sedangkan induknya akan bisa cepat reproduksi kembali. Produk lainnya berfungsi sebagai pendamping makanan pedet, diibaratkan seperti asi kalau di bayi.
“Sambil minum kita kenalkan makanan padat, tapi masih ada susunya. Sehingga badannya agak terbentuk,” pungkasnya.
Produk olahan diantaranya, Calf Milk Replacer (CMR) Pakan Fungsional Pedet Umur 1-8 Minggu; Calf Starter 2 (CS2) Pakan Konsentrat Pedet Lepas Sapih 6-12 Minggu; Serta Calf Starter 1 (CS1) Pakan Pedet Pertama Pedet Pra Sapih.
Selian peneliti utama Dr Ir Listiari Hendraningsih MP IPM dibantu beberapa dosen lainnya. Di antaranya Dr Ir Ahmad Wahyudi MP IPU. Selanjutnya Dr Ir Sutawi MP, Prof Dr Ir Indah Prihartini, dan Septi Nur Wulan Mulatmi SPt MSc. (jaz/rhd)
Baca juga:
- Angka Kematian Jemaah Haji Indonesia Tinggi, Saudi Soroti Kinerja Tim Medis
- Jemaah Haji Kabupaten Malang Meninggal Dunia Setelah Mengeluh Sakit Kepala
- Hari Lahir Pancasila, Wali Kota Malang Tekankan Penguatan Ideologi Bangsa Fondasi Pembangunan
- Seluruh Jemaah Haji Indonesia Tiba di Makkah, Siap Jalani Wakuf di Arafah
- Satu WNI Meninggal di Gurun Makkah, Dua Lainnya Diselamatkan Usai Coba Masuk Secara Ilegal