• Koordinasi dengan Kanwil untuk libur sementara
Kota Malang, SERU – Puluhan wali murid Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN) 1 Kota Malang meminta kejelasan kepada pihak sekolah, lantaran penanganan dugaan kasus difteri pada 1.617 siswa dinilai lambat, di Aula MIN 1 lantai 2, Senin (21/10/2019) siang hingga sore.
Pihak MIN mengakui ada keterlambatan dalam penanganan dugaan kasus difteri. Pasalnya, dugaan terindikasi sejak 20 September 2019. “Ada 212 siswa dan 15 guru yang positif carrier dari 1.200-an yang sudah swab. Sampai hari ini, swab sudah dilakukan pada siswa kelas 1, 2, 3, 5, dan 6. Kelas 4 besok,” ungkap Kepala MIN 1, Drs Suyanto MPd, usai pertemuan antara MIN, Komite, KaKemenag, Dinkes, dan KaPuskesmas Arjuno.
Disebutkan Suyanto, informasi awal berasal RS Panti Waluya (RKZ) Sawahan, bahwa ada siswa kelas 5 yang terkena mirip difteri. Namun setelah di swab, hasilnya negatif. “Karena isunya seperti itu, satu kelas kami swab. Ternyata, ada 10 siswa yang positif carrier. Selanjutnya kami perluas lagi untuk kelas 5 secara keseluruhan, ternyata ada lagi tambahan 19 siswa carrier. Namun kondisinya masih sehat,” beber Yanto, sapaan akrabnya, kepada SERU.co.id, Senin (21/10/2019) sore.
Kemudian MIN 1 memperluas lagi swab yang berdekatan dengan kelas 5, termasuk yang sering berinteraksi dengan kelas 5. Ditengah-tengah upaya sekolah, ada informasi siswa kelas 2 yang swab mandiri dan positif carrier. Hingga diputuskan semua kelas disisir untuk dilakukan swab. “Ada pula orang tua yang memilih minum obat, dan tidak mau swab. Namun harapan kami semua siswa harus mengikuti swab. Karena SOP nya seperti itu untuk mengetahuinya,” terang Yanto.
Ditegaskan oleh pihak sekolah, bahwa MIN 1 tidak ada penderita difteri, namun hanya ditemukan carrier positif. Yang positif carrier, diberi obat selama seminggu dan tidak boleh sekolah. Setelah 1 minggu akan di tes swab lagi. Bila negatif boleh masuk sekolah. Bila masih positif harus diterapi lagi.
“Swab yang dimaksud adalah kultur dan bukan usap/direct. Carrier ini artinya pembawa, bukan pada level ‘terinfeksi’. Kalau terinfeksi artinya positif Difteri. Jadi level anak-anak ini masih pada carrier positif, bukan terinfeksi difteri,” jelas anggota Komite MIN 1, dr Dicky, yang mengaku sebagai dokter, sembari menambahkan jika proses penularannya person to person melalui percikan air liur.
Sementara itu, Kepala Kemenag Kota Malang Dr H Muhtar Hazawawi MAg, menghimbau dengan tegas agar siswa yang tidak ikut swab di MIN 1, dan tidak ada hasil lab swab dari luar, maka tidak diperkenankan masuk sekolah dulu. Selanjutnya akan dipanggil oleh pihak madrasah dan wajib ikut Swab Kultur. “Apabila siswa tidak mau swab atau minum obat, maka pihak madrasah memberikan 2 pilihan, tetap mengikuti aturan atau keluar dari madrasah. Karena ini demi kebaikan bersama,” tegas Muhtar.
Muhtar menambahkan, sebagai bentuk tanggungjawab, jika siswa positif carirer sebelum masuk, wajib mengikuti swab kembali dan biaya akan ditanggung dari komite. “Ini bukan keinginan kita, tapi muncul tiba-tiba. Dan yang penting diselesaikan. Berapa yang carrier, hingga dilakukan pemeriksaan benar-benar negatif. Swab yang dilakukan jika masih positif, harus diobati dan dilakukan pemeriksaan hingga negatif,” ujarnya.
Disinggung permintaan wali murid agar diliburkan, Kemenag Kota Malang akan berkoordinasi dengan Kanwil Kemenag Jatim. Nantinya, dalam 1-2 hari ke depan, baru akan diputuskan apakah MIN 1 akan diliburkan sementara, atau tidak. “Keputusan libur memang bukan ranahnya sekolah. Sesuai SOP penanganan dan pemberian libur akan kita koordinasikan dengan Kanwil. Kalau dipandang libur ya diliburkan. Jika ya, pembelajaran akan dilakukan secara online,” tandas Muhtar. (rhd)