Malang, SERU.co.id – Salah satu relawan yang hadir ditengah-tengah warga terdampak ialah Taruna Siaga Bencana (Tagana) Kota Malang. Dari sekian banyak kejadian bencana, belum memiliki satu titik kumpul atau lokasi khusus pusat emergency.
“Ketika ada gempa atau bencana yang lain, langsung siaga. Pusat centernya kita tidak punya,” seru Ketua Tagana Kota Malang, Joko Anung, disela-sela kesibukannya berada di Dapur Umum Senaputra.
Ia menambahkan, ketika sudah mempunyai pusat emergency, akan dengan mudah jika sewaktu-waktu ada bencana. Tidak kebingungan baik koordinasi maupun tempat penampungan sementara.
Dalam peristiwa banjir bandang ini, pihaknya mengimbau kepada masyarakat untuk tidak pulang terlebih dahulu. Karena situasi dan kondisi masih belum memungkinkan. Jika hanya untuk bersih-bersih diperbolehkan, tetapi tidak untuk menginap pada malam hari.
“Kita masih siaga, menurut hidrometrologi ada peningkatan 40 persen. Tiba-tiba banjir, atau angin kencang perlu diwaspadai,” imbuhnya.
Relawan sosial yang dibentuk oleh Departemen Sosial RI pada tanggal 24 Maret 2004 di Lembang (Bandung) Jawa Barat tersebut juga mengakomodir kebutuhan makanan warga terdampak banjir. Setiap tiga kali sehari menyediakan makanan, baik untuk warga di pengungsian maupun didistribusikan langsung kepada relawan.
“Kami siap membantu menyediakan makanan sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan relawan di lapangan,” tutup Joko Anung.
Pewarta mencoba menelusuri Kampung Putih, melihat bekas-bekas banjir dan kegiatan warga ketika siang hari. Salah satu anak di RT 7 RW 6 Kampung Putih, Musa (6) mengatakan, saat terjadi banjir, ia diselamatkan oleh Tagana.
“Saya digendong, dari rumah terus lari diatas, ada lubang masuk ke Senaputra,” ungkap Musa, dengan nada pelan.
Ditanya soal keadaan di pengungsian, ia menjawab ingin seperti biasanya bisa tinggal di rumah. Bisa bermain dengan leluasa bersama teman sebaya dan tidak berjubel di posko sementara.
“Inginnya di rumah saja,” ungkapnya polos.
Terpisah beberapa meter, salah satu warga sedang membersihkan rumah bekas banjir, Sujono (62) menjelaskan, ketika banjir ia langsung melarikan diri melalui pintu arah Senaputra.
Pria yang kesehariannya menjadi kuli bangunan tersebut mengaku, dari pihak Tagana belum boleh menetap pulang di rumah. Jika hanya bersih-bersih diperbolehkan untuk kembali, menginapnya tetap di pengungsian.
“Bersih-bersihnya sudah, kalau tidak dijaga takut hilang barang yang masih tersisa mas,” tutupnya. (jaz/rhd)
Baca juga:
- KONI Batu Bakar Semangat Tanding Atlet Lewat Character Building
- Pemkot Malang Tak Kuasa Hadapi Alih Fungsi Lahan Pertanian Terdesak Perumahan
- Polres Batu Aksi Pasang Stiker Call Center 110 Di Lokasi Strategis Demi Pelayanan Cepat
- Polisi Dalami Motif Pengeroyokan Pelajar SMKN 4 Malang Diduga Kesalahpahaman
- Seorang Lansia di Tumpang Tewas Terbakar di Dalam Rumahnya