100 Dosen Ikuti Bimtek Pendidikan dan Layanan Mahasiswa Berkebutuhan Khusus

Peserta mengikuti bimtek pendidikan dan layanan mahasiswa berkebutuhan khusus. (rhd) - 100 Dosen Ikuti Bimtek Pendidikan dan Layanan Mahasiswa Berkebutuhan Khusus
Peserta mengikuti bimtek pendidikan dan layanan mahasiswa berkebutuhan khusus. (rhd)

Malang, SERU.co.id – Universitas Widyagama (UWG) Malang menjadi tuan rumah pelaksanaan ‘Bimbingan Teknik (Bimtek) Tutor terkait Pendidikan dan Layanan untuk Mahasiswa Berkebutuhan Khusus batch 2’, selama 3 hari, Rabu-Jumat (3-5/11/2021). Diikuti 100 dosen peserta dari seluruh Perguruan Tinggi di Indonesia secara hybrid (online dan offline).

Tim pakar Belmawa Dikti Ristek, Prof Dr Budianto MPd mengatakan, bimtek ini bertujuan untuk merumuskan materi penyelenggaraan pendidikan bagi mahasiswa berkebutuhan khusus. Baik terkait konseptual, regulasi, landasan, kebijakan dan strategi implementasi secara umum.

Bacaan Lainnya

“Orientasi materinya sudah pada strategi implementasi. Tujuannya, agar materinya bisa dikuasai oleh dosen dan dapat diterapkan kepada mahasiswa berkebutuhan khusus,” seru Kepala Pusat Studi dan Layanan Disabilitas (PSLD) Universitas Negeri Surabaya (Unesa) ini.

Materi yang disampaikan, lanjutnya, meliputi bagaimana melakukan asesmen pembelajaran; gaya belajar mahasiswa berkebutuhan khusus mulai tuna daksa hingga autis; melakukan adaptasi kurikulum; dan menyusun rencana pembelajaran di kelas inklusif (ketika ada mahasiswa disabilitas).

“Terkait adaptasi kurikulum, harus ada subtitusi mapel yang disesuaikan. Contohnya, mahasiswa tuna rungu harus ada materi subtitusi ketika mengikuti pelajaran listening,” imbuh pakar yang menyampaikan materi adaptasi kurikulum.

Prof Dr Budianto MPd dan Prof Dr Ir Sukamto MS. (rhd) - 100 Dosen Ikuti Bimtek Pendidikan dan Layanan Mahasiswa Berkebutuhan Khusus
Prof Dr Budianto MPd dan Prof Dr Ir Sukamto MS. (rhd)

Sehingga hambatan pada mahasiswa disabilitas dapat ditemukan solusinya dan terlayani dengan baik. Untuk itu, semua perguruan tinggi wajib membentuk unit layanan disabilitas, karena menyangkut aspek human rights.

Sementara itu, salah satu pemateri teknologi asistif, Prof Dr Ir Sukamto MS mengatakan, akan membekali mahasiswa berkebutuhan khusus dengan hard skill kemandirian ekonomi di bidang peternakan dan pertanian. Dirinya mengusung materi berjudul “Model Pertanian 20 Meter Persegi.”

“Model pertanian ini hanya membutuhkan lahan 20 meter persegi, dengan beragam pola usaha. Seperti ternak ayam, budidaya cacing, ternak lele, dan tanaman Angkung,” beber dosen pertanian UWG, penerima hibah Teknologi Asistif ini.

Disebutkannya, ada banyak keunggulan dari 4 jenis usaha ini. Pertama, tidak butuh lahan luas. Kedua, kegiatan usaha tani mulai peternakan lele, cacing tanah, budidaya lele, dan tanaman herbal Angkung. Ketiga, tidak ada limbah yang terbuang.

“Keempat, bisa dipakai sebagai usaha mandiri. Kelima, cocok saat pandemi bahkan saat endemi, sebagai solusi ketahanan pangan nasional. Keenam, memperbaiki lingkungan penghijauan,” bebernya.

Setelah mengikuti pelatihan, lanjut Sukamto, diharapkan mahasiswa bisa usaha mandiri, karena mobilitas rendah hanya di lahan 20 meter persegi.

Disinggung keterkaitan dengan Bimtek, Sukamto menjelaskan, akan melibatkan tenaga ahli untuk pembelajaran mahasiswa berkebutuhan khusus, maupun normal.

*Artinya, harus ada pendampingan yang bisa mengerti bagaimana menangani disabilitas. Sehingga mereka juga berkesempatan memiliki hard skill dalam dunia usaha pertanian dan peternakan tersebut,” beber Sukamto.

Di lahan seluas 20 meter persegi tersebut, didirikan kandang ukuran 1×4 meter bertingkat dua, dibawahnya dikembangkan budidaya cacing. Sementara lahan sisanya dibuatkan 4 kolam lele berukuran total 4×4 meter, atau 16 meter persegi untuk budaya lele. Dan diatasnya dibuat 40 pot bunga angkung dengan sistem pengairan memanfaatkan air kolam lele.

“Potensi pendapatan bersih dari 4 jenis usaha tersebut lebih dari Rp5 juta per bulan,” tandasnya. (rhd)


Baca juga:

disclaimer

Pos terkait