Banyuwangi, SERU.co.id – Ditariknya seluruh peralatan pengeboran air bersih oleh PT Bumi Suksesindo (BSI) di dusun Pancer Desa Sumberagung, Kecamatan Pesanggaran akibat adanya penolakan oleh sebagian warga, langsung mendapat respon dari ketua DPRD kabupaten Banyuwangi, I Made Cahyana Negara.
Padahal, program air bersih ini sangat ditunggu-tunggu oleh masyarakat setempat, terutama warga lingkungan Pulau Merah RT 06, RT 07 dan warga lingkungan Sumberejo karena di area tersebut sangat sulit mendapatkan air bersih. Air yang ada di sumur-sumur tidak seperti dilingkungan lainnya, sumurnya sangat keruh, jika untuk mencuci pakaian menimbulkan bercak-bercak kuning dan rasane asin.
I Made Cahyana sangat menyayangkan ditolaknya program air bersih ini. Seharusnya warga bisa menelaah mana program untuk kepentingan masyarakat dan program untuk kepentingan pribadi atau perusahaan.
“Air bersih itu kebutuhan pokok, dan program ini harus tetap dijalankan. Jangan melihat dari mana anggaran itu diperoleh. Tapi harus melihat kebutuhan masyarakat, dan manfaat program itu,” tegas Made, Minggu (17/10/2021).
Made meminta kepada warga hendaknya melakukan musyawarah untuk menyelesaikan permasalahan ini. Apalagi, di dusun Pancer tersebut dihuni sekitar 1.500 kepala keluarga.
“Intinya komunikasi, makanya harus dibangun komunikasi dengan baik, antara warga dengan masyarakat yang menolak harus duduk bareng,” pinta ketua DPRD kabupaten Banyuwangi.
Diberitakan sebelumnya, Kelompok Masyarakat (Pokmas) Suko Tirto dusun Pancer, Desa Sumberagung, Kecamatan Pesanggaran mendengar keluhan warga lingkungan Pulau Merah, RT 06, RT07 dan lingkungan Roworejo sulitnya mendapat air bersih.
Dari keluhan tersebut, Pokmas Suko Tirto langsung membentuk Himpunan Penduduk Pemakai Air Minum (HIPPAM) Suko Tirto. Setelah proses pembentukan HIPPAM dan susah berbadan hukum, selanjutnya melakukan sosialisasi kepada warga setempat, dan masyarakat sangat menyetujui.
“Masyarakat sangat antusias sekali dan sangat berharap program air bersih itu dilaksanakan,” kata wakil ketua HIPPAM Suko Tirto, Agus Prihandoyo alias Kingkong.
Menurut Kingkong, setelah melakukan sosialisasi kepada masyarakat, pihaknya langsung mengurus proses perijinannya.
“Proses perijinan pengeboran sudah selesai, kami langsung melakukan koordinasi dengan pihak tambang (BSI). BSI langsung merespon, dan mendatangkan ahli di bidangnya, untuk melakukan penelitian dengan mempergunakan geolistrik,” paparnya.
Setelah proses penelitian selesai, pihak kontraktor yang ditunjuk oleh BSI langsung mendatangkan peralatan untuk melakukan pengeboran. Sayangnya, rencana pengeboran itu terhenti gara-gara segelintir warga melakukan aksi penolakan pengeboran air.
Dampak aksi penolakan tersebut, BSI langsung memerintahkan menarik seluruh peralatan pengeboran air bersih, untuk menghindari gesekan antar warga.
“BSI tidak ingin ada bentrokan antar warga. Makanya seluruh peralatan pengeboran ditarik,” ucap Kingkong.
Timbulnya, aksi penolakan munculnya isu jika penelitian yang mempergunakan geolistrik itu tidak hanya untuk melihat kandungan air, juga melihat kandungan emas yang ada di wilayah tersebut. Dan lagi, isunya proyek pengeboran itu memakan biaya sebesar Rp 6 miliar.
“Kalau saya tidak punya kepentingan, proyek ini jalan ya alhamdulilah, nggak jalanpun tidak masalah. Tapi warga yang menolak, harus melihat penderitaan warga yang membutuhkan air bersih, jangan hanya bisa menolak saja,” jlentrehnya. (tut)
Baca juga:
- SPPG Tlogowaru Kota Malang Pekerjakan Masyarakat Lokal Sukseskan Program MBG, Sasar 4.800 Pelajar
- Rumah Dinas Sekda Situbondo dibobol Maling Saat Ditinggal Ibadah Haji
- Selama Libur Panjang Gunung Bromo Dibanjiri 11.735 Wisatawan Lokal dan Mancanegara
- Alfamart Gandeng Puskesmas Ardimulyo Layani Posyandu ILP dan Edukasi Balita hingga Lansia
- Wali Kota Batu Terima Audiensi Jajaran Redaksi Memo X Group di Ruang Kerja