Buku ‘Laskar Hisbullah Perlawanan Masyarakat Kota Malang Pasca Kemerdekaan’ Bakal Terbit

Penulis buku sejarah Laskar Hizbullah, Arief Wibisono SSos menunjukkan karyanya. (jaz) - Buku 'Laskar Hisbullah Perlawanan Masyarakat Kota Malang Pasca Kemerdekaan' Bakal Terbit
Penulis buku sejarah Laskar Hizbullah, Arief Wibisono SSos menunjukkan karyanya. (jaz)

Malang, SERU.co.id – Pasca kemerdekaan 17 Agustus 1945, agresi militer Belanda digencarkan salah satunya di Surabaya. Laskar perlawanan yang berasal dari rakyat di Kota Malang ada dua, yaitu Laskar Sabilillah dan Laskar Hizbullah.

Pelbagai kegiatan perlawanan Islam dilakukan berhasil secara unik. Sehingga memperoleh pujian dari para pendukung pemimpin di Indonesia. Termasuk Belanda yang dibuat kaget dan tidak mempercayai keberhasilan mereka itu. Serangan musuh berkali-kali digagalkan, dan posisi penting penjajah pun diguncang.

Bacaan Lainnya

“Arti penting Laskar Hizbullah semakin meningkat dengan kemenangan aktual, yang dicapai pada tanggal 10 Nopember 1946. Ketika tentara Belanda dipaksa menarik-diri dari Kota Surabaya sebuah hasil dari operasi militer yang dilakukan Hizbullah,” seru penulis Buku ‘Perjalanan Perjuangan Laskar Hizbullah Kota Malang’, Arief Wibisono SSos, Minggu (12/9/2021).

Bagaimanapun karena tingkat pengakuan, kehadiran, dan pencapain laskar tersebut semuanya disadari dalam rentang waktu yang singkat dan knitis di tengah-tengah wilayah yang sedang membara yang dipersiapkan untuk menghadapi masa kemerdekaan.

“Apapun yang telah ditulis sejauh ini masih banyak yang meragukan. Dalam membuktikan kebenaran dan menganalisa pengalaman yang sangat kuat dan mengandung sejarah ini,” beber Arif.

Buku ini yang berjudul Perjalanan Perjuangan Laskar Hizbullah Kota Malang Penulis berupaya mengungkapkan pemahamannya tentang tatanan organisasi Laskar Hizbullah, pengalaman, dan rencana di masa penjajahan. Semua dikumpulkan melalui keterlibatan penulis secara langsung sejak Laskar Hizbullah.

Ia menuturkan, sejatinya dapat digunakan untuk menarik garis-garis bagi karya akademik lebih lanjut tentang Hizbullah. Berusaha mencari ikhtisar dan keakurasian tinjauan umum. Dapat menjawab pertanyaan terpenting, dan menggambarkan pendekatan Laskar Hizbullah.

“Alhamdulillah oleh Allah diberikan kemudahan dan kelancaran wawancara (menggali informasi) dengan beberapa keluarga Kiai Mukti dan H Umar Maksum. Lalu pengurus-pengurus Laskar Kerakyatan Hizbullah di Jalan Arif Margono Kasin Kota Malang,” ungkap pria yang berusia 45 tahun ini.

Buku setebal 125 halaman tersebut mengungkapkan sebuah projek perlawanan yang dicirikan oleh banyaknya tawaran berjihad. Pendekatan terhadap organisasi Laskar Hizbullah dan aksi publik, dan tonggak-tonggak penting dalam sejarah Hizbullah.

“Perlawanan rakyat ikut berpartisipasi dalam pemerintahan yang baru berdiri, persoalan yang menyangkut keprihatinan rakyat banyak. Hubungan dengan berbagai kebijakan politik militer serta pandangan baik lokal maupun regional,” jelasnya.

Menurutnya, data sebetulnya sudah berjalan sekitar enam bulan, gagasan-gagasan itu dibicarakan lebih lanjut kepada keluarga. Data juga terpampang secara fisik di rumah narasumber, sehingga meminta izin untuk meminta mengangkat menjadikan sebuah buku.

Yang membedakan Laskar Hizbullah dengan kegiatan perlawanan lainnya terletak dari penguatan pendidikan. awalnya Hizbullah memang tidak ada dasar militer tapi di pendidikan jepang beliau-beliau di latih oleh Jepang di Cisarua Bogor akhirnya setelah jepang keluar kembali ke Mojokerto, Jombang, ada di Malang.

“Yang membedakan dididik oleh salah satu Kiai. Kiai Mukti untuk penggemblengan secara mental rohani, secara fisik juga dilatih oleh Daigus secara militer. Beliau juga termasuk tentara laut bascemanya di Jalan Ijen Kota Malang,” jelas lulusan Unmer tahun 2001 ini.

Diketahui, sesepuh atau pelindung purnawirawan Laskar Hizbullah sekaligus mantan Komandan Batalyon 12,7/Sunan Giri /XIII/ Darmawangsa cikal bakal Batalyon IV/33/514/II/I ialah Mayor H Umar Maksum. Secara Spiritual langsung dibawah bimbingan KH Abdul Mukti yang berasal dari Pandaan, Pasuruan hijrah ke Kasin. (jaz/rhd)


Baca juga:

disclaimer

Pos terkait